Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
10
DEX
12
CON
8
INT
16
WIS
15
CHA
13
5 POSTS & 0 LIKES
House:
Ravenclaw
APPEARANCE
185/75. Slim figure. Black short hair. Monolid brown eyes, oriental features with freckles on cheeks & nose.
|
Post by Marvin Lee on Jan 10, 2022 23:05:34 GMT 7
Keluarga Lee selalu sibuk dari subuh setiap harinya. Resiko membuka restoran adalah bangun lebih pagi dan tidur lebih malam dari jam normal orang-orang pada umumnya. Beruntung para pegawai di Dragon Palace ini merupakan penyihir, sehingga beberapa pekerjaan jauh lebih mudah. Namun, mereka tetap harus waspada apabila kedatangan tamu muggle. Bahkan bisa dikatakan separuh pelanggan yang makan di tempat memang dari kalangan bukan penyihir. Tidak perlu khawatir, Marvin dan keluarganya menyediakan ruangan khusus bagi penyihir; tinggal sebutkan kata kunci khusus kepada pelayan. “ Huān yíng guāng lín!” Sapaan selamat datang dalam Bahasa Cina akan menyambut kedatanganmu. Selanjutnya tamu akan digiring ke meja dan diberikan menu, kalau butuh menu rekomendasi dengan senang hati akan diberitahu. Untuk menghadapi musim panas yang menyengat, Dragon Palace punya menu musim panas yang menjadi sorotan. Tentu saja, Szechuan cold noodles selalu menjadi menu favorit di restoran yang telah berdiri selama puluhan tahun ini. Resep keluarga dengan rasa yang tidak akan ditemukan di restoran lainnya. Bukan karena ditambahkan ramuan penyihir atau sejenisnya, karena untuk mendapatkan yang semacam itu kamu akan berhadapan langsung dengan Marvin. Maka di sanalah Marvin, berdiri mengenakan seragam koki berwarna merah dan apron serupa. Tidak ada topi karena bukan koki professional. Seluruh masakan telah dihidangkan sehingga Marvin memutuskan keluar dari dapur, mendapati adik perempuannya, Maureen, tengah membaca majalah remaja terbaru di balik meja kasir. Kalau sedang libur, Maureen memang sering ditugaskan untuk menjaga kasir. Hitung-hitungannya lebih pandai daripada Marvin. Jika kalian bertanya kemana kedua orangtuanya, jawabnya adalah berlibur ke Jerman. Marvin memang dianggap sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab atas restoran, karena itulah mereka bisa santai. Kalau ayah dan ibunya sudah pulang nanti rasanya ingin tukar hari libur. Setidaknya jalan-jalan ke Diagon Alley menemani Maureen belanja kebutuhan sekolah bisa jadi alasan baik. Teman-teman Marvin memang sering berkunjung kemari, tapi rasanya tidak leluasa. Marvin harus bekerja, ingat? “ Xiè xie guāng lín!” Rutinitasnya selalu seperti ini. Mulai bosan, Marvin?
- Timeline topik ini adalah Juli - September 1967, boleh dijadikan tret numpang lewat/eksplor/nebeng interaksi (kalo males bikin baru karena gak ada ide). Silakan tag Marvin jika ingin berinteraksi dan Marvin akan mengikuti timeline kalian.
- Referensi interior bisa dilihat di sini.
- Sebut kata kunci "Dragon Heartstring" langsung ke Marvin apabila ingin melihat menu yang dimasak dengan ramuan (ini sekaligus menandakan kamu adalah penyihir)
 - Boleh deskripsikan dilayani oleh NPC pelayan dengan name-tag (Aaron Lang, Beatrice Wei) selain oleh Marvin.
- Punya pertanyaan? Silakan PM~
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
15
DEX
13
CON
13
INT
10
WIS
8
CHA
15
7 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
5'7" (174cm) / platinum hair / emerald eyes / scent: bourbon vanilla
|
Post by Foureka Kirsteen on Jan 11, 2022 0:14:09 GMT 7
Untuk ganti suasana, sekali-kali ayo makan siang di luar - begitu kata salah seorang rekan skuadronnya. Ada-ada saja memang Karasu. Kening si gadis Kirsteen mengernyit. Masakan Cina jelas di luar kebiasaannya, tapi ia mencoba menghormati. Anggap saja mencoba sesuatu yang baru.
Pagi ini ia tidak datang ke kantor melainkan langsung ke lapangan, sehingga begitu selesai dengan sedikit urusan di pusat kota ia langsung menuju ke arah King's Cross. Dengan cara Muggle, sayangnya. Yakni berjalan kaki. Ia mengikuti arahan Karasu untuk berbelok beberapa gang sebelum stasiun. Tidak sulit menemukan restoran berintrik oriental yang terlihat out of place di tengah julangan dinding bata merah.
Dragon Palace - ia membaca translasi di bawah goresan huruf kanji. What a name.
Foureka mendorong pintunya membuka dengan diikuti sambutan salam dalam bahasa asing. Alisnya terangkat sangsi, namun masih berbekal pesan dari rekan kerjanya, ia bertutur pada pelayan yang mengarahkannya untuk duduk. "Ah, saya sudah ada reservasi untuk tujuh orang. Dragon Heartstring, atas nama Karasu."
Staff tersebut mengendikkan kepala pada pemuda lain yang berdiri di belakang counter kasir - dibalas dengan anggukan - sebelum menuntun jalan ke ruangan lain di bagian dalam restoran. Sepertinya benar, mereka menyediakan spasi khusus untuk kalangan penyihir.
Sambil menunggu anggota timnya yang lain, ia duduk di meja yang kini disuguhkan sepoci besar teh oriental. Pandangnya mengitar sekeliling. Lukisan naga besar yang terpampang di salah satu sisi dinding mengeluarkan geraman menyemburkan api, kemudian meliuk mengelilingi gunung yang menjadi latarnya. Di sisi lain, lukisan dua orang wanita dengan alat musik petik memainkan alunan nada yang menenangkan.
Beberapa meja lain tampak terisi. Mungkinkah ada sosok familiar yang dikenal?
Open interaksi :3
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
8
DEX
11
CON
14
INT
15
WIS
12
CHA
14
13 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Aurum Rainshrine on Jan 11, 2022 8:56:49 GMT 7
Dragon PalaceAugust, 1967"Dragon Heartstring." Ini adalah kunjungannya yang ketiga. Dragon Palace, restoran oriental ala China ini adalah salah satu yang terkenal di kalangan penyihir London. Ayah dan ibunya sering membawa Aurum ke sini, baik untuk makan malam di akhir pekan atau membawa tamu untuk sajian khas Asia yang membuat siapapun kelaparan begitu melihat dan mencium aromanya. Aurum adalah gadis keturunan Jepang, meskipun dia belum menemukan restoran Jepang bercitarasa tinggi, setidaknya Dragon Palace berhasil mengobati rindunya dengan budaya dan citarasa Asia. Plus, ada spot khusus bagi penyihir. Hal ini membuatnya sangat senang. Tubuh pendek Aurum Rainshrine bergerak masuk. Interior di ruangan khusus penyihir dirasa tidak terlalu berbeda dengan ruangan bagi muggle, hanya saja tampak lukisan-lukisan yang bergerak. Pagi menjelang siang ini restoran tidak terlalu ramai. Beberapa penyihir tampak sedang menikmati sajian mereka, ada yang sudah selesai makan, dan sisanya sedang melihat-lihat menu. Aurum melihat seseorang yang familiar, seorang perempuan yang pernah menjadi seniornya di Slytherin dulu. Gadis itu sedikit membungkuk dan dengan sopan menyapa perempuan di hadapannya. "Foureka? Foureka Kirsteen?" Ya ampun, lama nggak ketemu. Cantik banget?"Kebetulan sekali kita bertemu di sini," kata Aurum sambil melihat kursi-kursi kosong yang ada di sekitar Foureka, "-wah, akan makan bersama rekan-rekan, ya?" Matanya mengerling singkat ke arah pemuda yang merupakan pemilik Dragon Palace, kalau tidak salah pria itu juga dulu bersekolah di Hogwarts. Wajah oriental di Hogwarts mudah dikenali, karena mayoritas di sana adalah para penyihir keturunan Inggris dan sekitarnya. Tetapi Aurum tidak terlalu kenal, mungkin nanti dia akan coba basa-basi. Siapa tahu dapat potongan harga, kan?
interaksi dengan Foureka Kirsteen, deskripsi Marvin Lee. Open interaksi
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
10
DEX
8
CON
15
INT
13
WIS
16
CHA
12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 11, 2022 9:52:55 GMT 7
"Selamat sore, Mr Lee!" Sore itu adalah penghujung musim panas di akhir Agustus. Hawa panas mulai digeser dengan tiupan angin dan dedaunan yang perlahan meranggas. Masih awal untuk disebut musim gugur, terlalu akhir untuk dipanggil musim panas. "Xie-xie! Ni hao ma?"Sean menyapa Marvin Lee sambil tertawa renyah. "Sedikit Bahasa Mandarin yang sudah kukuasai, Marvin!" sambungnya sok akrab. Sejak kembali ke Inggris, hampir tiap lima hari sekali Sean mampir ke Dragon Palace. Pasalnya, makanan Chinese di sini enak semua baginya. Smashed cucumber salad, shrimp and vegetable stir fry, hingga sajian pencuci mulut seperti Nuomici selalu bisa menggugah selera makannya. Di Swiss tidak ada makanan seenak buatan Dragon Palace. Lagipula, saat itu Sean berada di pedalaman untuk berguru kepada ahli tasseomancy, makanannya sehari-hari hanya sayur rebus yang pahit, kentang hambar, dan air putih saja. Tapi, look at those cuisines right now.All of them is true delicacy.Sean duduk di meja yang paling dekat dengan kasir. "Baiklah, makan apa kita sore ini, Sean?" tanya Sean kepada diri sendiri. "Marvin, apakah ada menu rekomendasi yang cocok disantap sore-sore begini?" lanjutnya santai.
 The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52]
(Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
8
DEX
13
CON
13
INT
14
WIS
16
CHA
10
10 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
5"11'. 167.8 lbs. Dark Brown hair, short curly. Hazel eyes. Lean Fit. Neat facial hair. Sincere helpless smile. Sandalwood scent. Calming presence.
|
Post by Pegasus Cranfield on Jan 11, 2022 11:42:40 GMT 7
Dalton setengah berlari melewati ruas jalan menuju stasiun King's Cross. Ia hendak melakukan transaksi di depan pintu peron 9 3/4 dengan seorang penyihir dari Irlandia. Ada beberapa dokumen terkait studi anatomi otak yang sedang ia pelajari. Ia menggunakan syal kuning-hitam, melingkari kemeja krem panjang dan topi untuk mengurangi paparan sinar matahari musim panas. Tidak biasanya angin berembus cukup kencang, hingga ia harus menahan topinya agar tidak terbang. "Kupikir ini semestinya masih musim panas, belum usim gugur," gerutunya pelan. Dengan sedikit tergesa, ia lantas nasuk ke dalam sebuah restoran di area stasiun. Dalton hapal betul milik siapa restoran itu. Ia masuk, tersenyum saat disapa petugas dalam Bahasa Mandarin. Ia langsung berjalan ke arah meja yang paling dekat dengan kasir. Seorang pemuda tengah berdiri di sana. Dalton tidak dapat menahan diri untuk tidak merasa agak senang.Tuan di sampingnya tampak sedang memilih menu dengan santai. "Evening," sapanya hangat. Ada sensasi penasaran yang menyapanya. Dalton memeriksa lebih seksama. "Apakah kita pernah bertemu?" Terlalu banyak penyihir di kota ini, kadang ia lupa rupa mereka. Meski jelas ia kenal siapa yang menyapa kemudian. "Ah, Lee. Aku sedang agak terburu, bolehkah aku memesan untuk dibawa pulang?" ucapnya cepat pada mantan Mediwizard itu. "Schezuan noodle, please."
Random event done. Interaksi dengan Sean Spade dan Marvin Lee
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
10
DEX
12
CON
8
INT
16
WIS
15
CHA
13
5 POSTS & 0 LIKES
House:
Ravenclaw
APPEARANCE
185/75. Slim figure. Black short hair. Monolid brown eyes, oriental features with freckles on cheeks & nose.
|
Post by Marvin Lee on Jan 11, 2022 20:02:38 GMT 7
Ruang khusus di belakang memang dibebaskan bagi siapa pun di kalangan penyihir, tapi memungkinkan untuk dipesan oleh sekelompok orang. Pesanan atas nama Karasu telah diamankan dan tinggal menunggu tamu lainnya. Marvin hanya mengintip sekilas ketika Foureka Kirsteen dihampiri oleh Aurum Rainshrine , membiarkan Aaron melayani mereka. Namun wajah gadis yang terakhir cukup Marvin kenal sebagai adik kelasnya. Lebih mudah mengingat wajah-wajah oriental di Hogwarts karena dapat dihitung dengan jari. Sebenarnya Marvin blasteran, kau tahu? Ibunya orang Irlandia tulen. Itulah alasan mengapa Marvin memiliki banyak freckles meskipun fitur wajahnya sangat oriental. Cukup menyakitkan apabila kembali mengingat perundungan yang dialami si pemuda semasa sekolah. Marvin membelai puncak kepala Maureen sembari berharap hal semacam itu tak terjadi pada sang adik. Tidak menghiraukan seruan protes Maureen, kini Marvin beralih pada Sean Spade yang menyapanya. “ Wo hen hao, Sean,” Senyumnya, “ Not bad, terima kasih sudah bersedia belajar. Kutunggu kemampuanmu meningkat jadi kita bisa mengobrol sepenuhnya dalam Bahasa Mandarin,” sebuah cengiran tertera di wajah Marvin selagi mempersilakan sang tamu untuk duduk, “Rekomendasi untuk sore hari yang agak berangin, barangkali grass jelly atau taro balls? Kalau ingin yang makan berat, tentunya scezhuan cold noodles,” ibu jarinya terangkat ketika menyebut yang terakhir. Masakan kebanggaan Marvin, lagipula. Mendapati Pegasus Cranfield nampak terburu-buru membuat Marvin agak keheranan, “ Of course, Cranfield. I'll make it quick. Duduklah bersama Sean selagi menunggu. Jika kalian punya pesanan tambahan, panggil saja Aaron,” mengingat mereka berdua adalah pelanggan tetap, tentunya sudah tahu Aaron yang mana. Marvin menghilang ke balik dapur setelah berkata demikian, tanpa menyadari Maureen yang kembali ke kasir dengan seekor kucing dalam pelukannya. Selama si kucing tidak sampai masuk dapur, it won't be a problem. Hopefully.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
10
DEX
8
CON
15
INT
13
WIS
16
CHA
12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 11, 2022 22:28:42 GMT 7
Rumah makan yang ramah, citarasa yang enak, kurang apa?Sean Spade tertawa setelah dipuji oleh Marvin Lee. "Yah, aku harus banyak sekali belajar," tutupnya ramah sebelum melihat buku menu. "Hmm. Scezhuan cold noodles sepertinya menarik juga." "Evening."Sean menoleh. "Oh, ya, good evening!" "Apakah kita pernah bertemu?"Uhm... I'm not sure.
"Well," Sean tersenyum, setengah bahunya terangkat, "-mungkin, yah, aku Sean. Sean Spade. Mungkin kita pernah bertemu di Hogwarts? Dulu aku di Hufflepuff. Wait, aku baru kembali ke Inggris dua bulan terakhir dan jarang keluar, paling-paling hanya ke sini. Atau mungkin kau melihatku di sini?" Ya, tipikal seorang Sean Spade. Menjawab satu pertanyaan dengan jawaban panjang dan ide yang melompat-lompat. Untungnya, laki-laki yang bertanya memiliki charisma yang cukup menenangkan sehingga Sean merasa nyaman ketika menjawab dengan jawaban panjang seperti itu. Laki-laki itu memesan menu makanan yang sama seperti dengan rekomendasi Marvin Lee. Sang pemilik restoran menjawab, menyebut kata Cranfield yang Sean yakini sebagai namanya. Sean pikir, menu itu tampaknya menjadi favorit banyak orang. Sean belum pernah mencobanya, tetapi grass jelly sepertinya menarik juga. Sean Spade menggumamkan melodi random, melihat-lihat semua menu sekali lagi, sebelum akhirnya memesan scezhuan cold noodles dan teh panas sebagai rekan santap sore hari ini kepada Aaron. "Wah, tampaknya kau terburu-buru Mr Cranfield," kata Sean kepada Pegasus Cranfield. "Angin di luar entah kenapa sedang kencang-kencangnya," imbuhnya, "sebaiknya lebih berhati-hati nanti."
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52]
(Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
8
DEX
13
CON
10
INT
15
WIS
14
CHA
14
3 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
Asian. Tall, skinny, pale, sharp eyes.
|
Post by Lucien Luo on Jan 11, 2022 22:40:09 GMT 7
Lucien punya hubungan yang rumit dengan Dragon Palace. Di satu sisi ia sangat menyukai Chinese food ( it tastes like home and everything he loves, so much better than the things these Englishmen call food) namun di sisi lain ia juga membenci tempat ini, China Town dan terkadang pemukiman penyihir Asia tempatnya tinggal; karena semua itu mengingatkannya pada keluarganya, pada orang tuanya. Ada alasan kenapa ia benci dipanggil Luo Fen, meski itu oleh nainai yang tinggal di sebelah rumah sekalipun. "Vivi akan marah sekali tidak ikut diajak ke sini," ujarnya lugas, mengerling ke arah Benedict Etoh di sebelahnya. "Menurutmu dia tidak akan ngambek kalau kita bawakan takeaway? Atau sebaiknya kita tidak bercerita kalau kita datang ke sini?" Mereka berjalan masuk ke restoran itu hampir berdampingan, namun pintunya yang tidak seberapa besar membuat Lucien berhenti dan membiarkan Ben masuk terlebih dahulu, baru ia mengikuti kemudian. Ah, it does feel like home, kinda. Lucien mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tersenyum kecil seraya mengangkat tangan menyapa Marvin Lee yang sibuk dengan pelanggan di meja dekat pintu. Tempat itu ramai, seperti biasa. Ia melihat sosok gunggung dan popo yang sudah dikenalnya lebih dari lima tahun terakhir. Ia sempat menyapa pasangan itu, mengecup pipi popo yang langsung menyerangnya dengan pertanyaan dan nasihat dalam Kanton ( masih dengan temanmu itu saja, kapan kalian berdua akan mencari istri? Siapa yang mengurus rumah selama kalian bekerja? Popo bisa mengenalkanmu pada cucu atau keponakan teman mahjong, tidak usah banyak memilih, selama mereka bisa memasak dan mengurus rumah dan penurut) sebelum akhirnya ia bisa mengundurkan diri dengan senyum sedikit kaku. Ia menyayangi orang-orang di sini, tapi ada hal-hal yang tetap ia tidak suka dengar meskipun ia tahu mereka bermaksud baik. Lucien meremas bahu Ben sekilas sebelum duduk di salah satu meja. "Mau makan apa?" tanya Lucien. Ia tidak perlu meminta menu karena sudah hapal di luar kepala makanan yang dijual di tempat ini. Baru ketika ia menatap pemuda di seberang meja itu akhirnya bahunya yang kaku sedikit melemas. Ia tersenyum kecil. "Dari skala satu sampai sepuluh, menurutmu seberapa bodoh keputusan untuk memesan szechuan noodles biarpun lambungku tidak akan tahan?"
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
15
DEX
13
CON
13
INT
10
WIS
8
CHA
15
7 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
5'7" (174cm) / platinum hair / emerald eyes / scent: bourbon vanilla
|
Post by Foureka Kirsteen on Jan 12, 2022 14:27:55 GMT 7
Lewat beberapa menit dalam kesendirian dan ia mulai merasa canggung. Lahir dan besar di Inggris dari kedua orang tua yang notabene penyihir konvensional - ia jauh dari paparan tradisi dan kebudayaan lain. Pekerjaannya tiga tahun terakhir memang menjadikannya lebih sering bepergian dan bertemu orang dengan latar lebih beragam, seperti juga halnya beberapa teman dan kenalan selama sekolah. Namun jujur saja, ini kali pertama ia duduk di restoran cina. Pandangnya mendarat pada meja di sisi lain ruangan yang ditempati dua orang asing. Mereka menggunakan sumpit dengan mahir untuk menjepit lauk dan menyuap nasi dari mangkuk. Ia ganti menatap meja dan piranti makan yang tersedia. Apakah ia boleh meminta pisau dan garpu alih-alih sumpit, atau itu akan terkesan tidak peka? "Foureka? Foureka Kirsteen?"Suara Aurum Rainshrine menyadarkannya dari kemelut dalam pikiran. Ekspresinya berubah cerah. "Rainshrine!" Surai pirang keperakannya mengibas saat sang pemilik bangkit dan memberi pelukan singkat pada wajah familiar dari satu asrama. Belum lama ini ia bertemu Matilda Murdoch, dan kini Rainshrine. Meskipun satu angkatan keduanya cukup berbeda. Kalau tidak salah pada tahun Foureka lulus dari Hogwarts, gadis ini yang menjabat sebagai Prefek. "Bagaimana kabarmu?" Ia mengangkat alis saat ditanyakan mengenai kursi-kursi lain yang mengitari meja bundar. "Ah ya, tapi mereka pasti terlambat." Apa yang kau harapkan dari gerombolan paman-paman dari kepolisian sihir? "Kalau kau juga sedang menunggu orang lain, bagaimana kalau duduk disini dulu?" Paling tidak, ia tidak harus terlihat begitu out-of-place seorang diri.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
8
DEX
11
CON
14
INT
15
WIS
12
CHA
14
13 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Aurum Rainshrine on Jan 13, 2022 8:35:30 GMT 7
"Ternyata benar kau!" sambung Aurum. Gadis Rainshrine membalas pelukan dari kakak tingkatnya saat di Slytherin dulu dengan hangat. Aurum sangat mengidolakan Foureka Kirsteen saat bersekolah dulu. Pasalnya, perempuan muda di depannya ini adalah salah satu panutan terbaik yang dapat dimiliki oleh para Slytherin muda. Dia adalah Prefek sekaligus Beater (yang menurut Aurum, adalah beater perempuan terbaik) Slytherin yang aktif, padahal semakin naik tingkat, pelajaran di Hogwarts semakin sulit. Belum lagi perkara ujian-ujian yang datang hampir tiap bulan. Tidak salah bagi seorang Slytherin muda untuk menganggap Foureka sebagai contoh yang baik. Tidak lagi berprestasi, pembagian work-life balance yang dilakukannya juga pasti sangat sempurna. "Kabarku baik. Baik sekali," agak berbohong. Aurum Rainshrine sedang cemas menunggu pengumuman hasil seleksi penerimaan asisten alkemis sebenarnya. "Tentu. Terima kasih banyak, Kirsteen," jawab Aurum sambil menarik sebuah kursi di depan Foureka Kirsteen. "Aku tidak sedang menunggu siapa-siapa, hanya mampir sebentar untuk makan dan membawakan makan siang untuk kedua orang tuaku," jawabnya kepada Foureka. Aurum Rainshrine tersenyum. Pertemuan dengan Foureka Kirsteen membuatnya sangat senang dan percaya diri. Seperti menemukan kembali kakak perempuan yang hilang bertahun-tahun. Maklum, Aurum adalah putri tunggal. Dia tidak tahu apakah Foureka akan sesenang itu, karena sebetulnya mereka berdua tidak banyak berkomunikasi secara intens saat masih bersekolah dulu. "Apa kesibukanmu sekarang? Kalau tidak salah, kamu bergabung ke Kementerian Sihir, kan?" tanya Aurum membuka percakapan. "Please tell me about your life," sambungnya, tersenyum lebar. Paras Jepang Aurum paling terlihat jelas saat dia tersenyum lebar. Satu tangannya memegang lengan Foureka dengan semangat. Ia senang sekali. "Sejak lulus aku jarang sekali bertemu dengan teman-teman di Slytherin. Maaf, aku agak kelepasan," sambungnya seraya menarik tangannya kembali cepat-cepat.
Foureka Kirsteen
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
8
DEX
13
CON
13
INT
14
WIS
16
CHA
10
10 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
5"11'. 167.8 lbs. Dark Brown hair, short curly. Hazel eyes. Lean Fit. Neat facial hair. Sincere helpless smile. Sandalwood scent. Calming presence.
|
Post by Pegasus Cranfield on Jan 14, 2022 16:10:54 GMT 7
"Thank you, Lee," jawabnya singkat lantas duduk bersama Sean Spade seperti yang diinstruksikan oleh Marvin Lee. Mereka melanjutkan perbincangan mereka di meja selagi menunggu pesanan. Pemuda itu, Spade, mengaku bahwa ia belum lama kembali ke Britania hingga akan masuk akal jika dia tak begitu mengenalnya. Tapi pernyataannya sebagai seorang alumnus Hufflepuff membuatnya mengangguk mafhum. Pantas saja getaran yang dirasakannya sangat familiar. "Tidak, hanya intuisi saja. You know a Hufflepuff when meeting one right?" balasnya basa-basi. Ia memilih tidak membeberkan kemampuan empatiknya yang terkadang sulit sekali ia kendalikan. Setidaknya sejauh ini Dalton tidak merasakan emosi negatif dari pemuda ini. "Aku Cranfield omong-omong. Pegasus Cranfield." "Wah, tampaknya kau terburu-buru Mr Cranfield.""Begitulah, aku ada urusan di King's Cross," jawabnya cepat, "Menunggu di sini lebih baik daripada di dalam stasiun. Akan terlalu menarik perhatian para Muggle." Sebetulnya Dalton hanya tidak ingin merasa lelah karena kemampuannya yang bagai spons emosi. Dragon Palace memiliki sebuah aura yang membuatnya sedikit banyak lebih mudah mengendalikan itu karena ambien sihir yang mereka ciptakan. Lebih mudah untuk membuat sekat Occlumency dari segelintir penyihir di tempat yang tepat ketimbang area bebas padat manusia. Dalton bisa saja jadi gila. "So, what do you do Mr. Spade?" ia membuka topik selagi menunggu pesanan. Sesekali ia melirik ke arah jam saku di tangan kirinya, memastikan tidak datang terlambat.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
10
DEX
8
CON
15
INT
13
WIS
16
CHA
12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 14, 2022 21:10:42 GMT 7
Sean Spade tertawa awkward.
Actually he doesn't know if someone is a Hufflepuff or not. Sean tidak begitu yakin bahwa seorang Hufflepuff memancarkan aura-aura kemusangan yang menyenangkan, fluffy, dan tidak berbahaya. Sean pikir-pikir, dirinya memang menyenangkan dan tidak berbahaya, tetapi jelas ia bukan seseorang yang fluffy. Kemudian ketika ia melihat pria yang memperkenalkan diri sebagai Pegasus Cranfield... Ia tidak mau buru-buru menilai pria itu sebagai seseorang yang menyenangkan, tidak berbahaya, apalagi fluffy. "Intuisi yang sangat bagus, Tuan Cranfield," pungkasnya. Sean Spade mengangguk sopan dan mengucapkan terima kasih kepada Aaron yang menyuguhkan tehnya. Teh selalu ada di sekitar Sean. Saat bekerja, saat santai, saat makan. Lidahnya menjadi cukup peka untuk mengetahui mana teh yang enak dan mana yang asal-asalan meraciknya. Sean meminum tehnya sedikit sambil mendengarkan jawaban dari Pegasus Cranfield yang berujung pada pertanyaan tentang pekerjaan Sean Spade. Uap dari teh masih mengepul ketika Sean meletakkan cangkirnya kembali ke atas meja. "Do you really want to know what I do?" Sean Spade menggeser badannya, menjadi berhadapan dengan Pegasus Cranfield. Ia mengambil ransel, membuka isinya, dan mengerling ke arah Pegasus. "Come closer, Cranfield. I do tasseomancy for living." Jika kau melongok ke dalam isi ranselnya, kau akan melihat sebuah cangkir bersih berbahan porselen lengkap dengan sendok kecil, dan beberapa kantong berwarna hijau. Di dalam kantong-kantong itu terdapat daun teh yang siap digunakannya untuk bekerja. "Aku baru saja selesai menemui seorang klien yang tinggal di dekat sini. Seorang wanita tua ingin tahu kapan anaknya kembali dari perantauan di Denmark. I did my reading and I could not see a good ending for her."
Sean Spade menghela napas. Dari sini, mendadak alur cerita menjadi agak gelap. "To tell such a bad news to an old lady was hard for me. This job drives me insane, sometimes," tutup Sean dengan sedikit tawa getir.
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52]
(Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
8
DEX
13
CON
13
INT
14
WIS
16
CHA
10
10 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
5"11'. 167.8 lbs. Dark Brown hair, short curly. Hazel eyes. Lean Fit. Neat facial hair. Sincere helpless smile. Sandalwood scent. Calming presence.
|
Post by Pegasus Cranfield on Jan 17, 2022 12:40:48 GMT 7
Pegasus Dalton mengamini pujian lelaki di hadapannya dengan senyum. Ia tentu tak perlu mengatakan jika dirinya merasakan kecurigaan yang mungkin saja dirasakan oleh alumnus Hufflepuff itu padanya. Dia punya alasan sendiri tentu saja. Sebagaimana ia menyembunyikan hal yang tak perlu diketahui orang lain. Being secure sometimes all that we need. Everybody tells white lies to protect themselves. Including him.Meja itu sudah terisi pesanan yang dibawa oleh Aaron, ia mengenalnya juga. Namun tak kunjung ia bergegas keluar. Ada sebersit rasa penasaran yang muncul saat Sean Spade bertanya keyakinannya mendengarkan jawaban pemuda itu. "Come closer, Cranfield. I do tasseomancy for living." Ah, menarik. Ia menceritakan pengalamannya bertemu dengan seorang klien yang tidak berakhir dengan hasil baik. Dalton mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia dapat merasakan getir itu. Kali ini Spade tidak berbohong. Sejak dulu ia memang tidak terlalu tertarik mendalami divinasi karena sejauh yang ia tahu, apapun ramalan yang ia ketahui akan berakhir dengan dirinya yang bisa saja kehilangan kendali. Sensasi mengetahui masa depan cukup sensitif dengan kemampuannya. "I know exactly how you feel," jawabnya kemudian. "Pekerjaanku sebagai Healer kurang lebih sama. Dilematik dan sangat memberikan tekanan tersendiri untuk mengabari keluarga pasien yang kondisinya tidak baik." Entah angin darimana, Pegasus lantas punya ide. "How about you read my fortune?" Cukup spontan memang. Tapi Dalton mengerti jika pemuda itu menolak.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years
Old
STR
10
DEX
8
CON
15
INT
13
WIS
16
CHA
12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 25, 2022 10:26:35 GMT 7
Aaron mengantarkan pesanannya. Szechuan cold noodles dan teh panas yang masih mengepulkan uap tipis. Sean menyeduh tehnya cepat-cepat. Rasa hangat seolah mengalir di dadanya, memberikan energi tambahan untuk memberikan respon kepada Pegasus Cranfield terkait pekerjaannya sebagai healer yang juga seringkali menguras emosi. Yeah, brother, that's how I feel. Tapi, Sean tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat pria itu karena ilmu penyembuhan adalah ilmu-ilmu yang lebih eksak; lebih pasti, jika dibandingkan dengan ilmu divinasinya. Ide penolakannya tidak ia utarakan karena Pegasus Cranfield beralih ke arah topik yang agak berbeda, lebih menyenangkan. Sean tersenyum lebar, "Well, sure!" cangkir teh ia letakkan kembali ke atas meja. Tangannya meraih selembar tissue sebelum melanjutkan, "Tentu tidak di sini, Mr Cranfield. Aku tidak bisa fokus, terlalu banyak distraksi, seperti mie dingin ini." "Mungkin kita bisa bertemu di lain waktu dan tempat yang lebih privat, if you don't mind." Selain itu, hari ini Sean sudah sangat lelah. Ia tidak ingin melihat ramalan lagi. Resiliensinya tidak cukup bagus, kau tahu. Sean mengambil sumpit dan sendok, mulai menyantap szechuan cold noodlesnya secara perlahan.
@cranfield: Mungkin bisa kita buat thread baru saja? Thank you :)
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52]
(Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
icon in the bottom right bar (may not be applicable if you're on Forums.net), or you can disable the welcome window and/or the icon by going to Plugins > Manage > Custom Mini-Profile Creator and changing the Show Help option.
