Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 9
CON 12
INT 14
WIS 13
CHA 16
8 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
179 cm. Black raven hair, unimpressed face, rarely smile
|
Post by Touma Shuudou on Jan 11, 2022 23:18:25 GMT 7
Selasa. Seorang lelaki yang belum lama bergabung dengan jajaran deputi Departemen Pengawasan dan Pengaturan Mahluk Gaib tengah meneken lembar perijinan penangkaran graphorn api Finlandia ketika pasang matanya yang sipit dan tajam menangkap kelebatan keperakan yang melintas di antara pohon ek yang ditanam dekat gedung perkantoran. Wujud keperakan yang sudah beratus kali dia lihat, dan hanya ada satu orang yang sangat dia kenal yang mungkin mengirimkannya.
Stallion hitam, patronus Graham Acker.
“Rupert, selanjutnya kuserahkan padamu.”
Touma Shuudou, nama pria itu, menyambar mantel yang langsung melayang ke arahnya sementara rekan kerjanya mendumal dan berteriak jengkel di belakang. Patronus itu punya pesan untuknya dan tiap patronus itu nampak dengan anehnya ketukan di jantungnya melambat. Sejenak, sangat sejenak. Mungkin bahkan tidak sampai sedetik. Lucunya, instingnya bisa tahu keurgensian penampakan patronus Graham itu bahkan meski patronus itu hanya mematung seperti hantu.
Sebelum berapparasi Touma menghentakkan tongkat dan merapal mantra yang sama, balik mengirim patronusnya ke sang kawan karib. Bangaunya akan sampai lebih cepat sementara penerus darah Shuudou ini mesti berpindah tempat beberapa kali. Penyihir 20 tahun ini berhati-hati agar tak berpapasan dengan muggle. Pemandangan perkantoran silih berganti ke kawasan yang lebih terpencil lalu ke kawasan hutan yang meski masih tak terlalu jauh dari pemukiman penyihir tampak liar dengan semak berduri dan pohon-pohon tinggi yang rimbun tak beraturan sampai sinar matahari susah menembus. Gelap, tapi ia bisa menemukan Graham dengan mudah dan langsung memanggil nama lelaki berambut keperakan itu. Graham yang kini ditemani bangkai unicorn yang terbujur kaku.
Ini bukan pertama kalinya dia, mereka, melihat bangkai dan kematian tapi bangkai unicorn ini tampak sangat memilukan. Surai-surai keperakannya kusut bercampur lumpur, luka di perut menganga dengan usus nyaris terburai. Touma tak memperhatikannya lama-lama, ia mendengus, langit-langit mulutnya terasa sepat. Dan walau tenang suaranya serak dan kering seolah Touma baru saja menelan ramuan pahit yang membuat isi perutnya terbalik.
“Bagaimana kau bisa menemukannya?”
Di saat sama Touma memandangi Graham lamat, membaca, mengkalkulasi.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 14
DEX 16
CON 10
INT 12
WIS 8
CHA 14
5 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
Silvery hair (might change later), fake smile, rough calloused hand, possibly slightly taller than you
|
Post by Graham Acker on Jan 12, 2022 20:15:21 GMT 7
Menemukan sesosok makhluk sihir yang mati di hutan belakang kediamannya—lebih tepatnya kediaman keluarga Acker—sebenarnya bukan hal baru bagi Graham. Hanya saja, biasanya makhluk sihir yang ia temukan berukuran kecil dan well, let’s say they bound to be prey for some predators.
Yang tidak biasa adalah ketika yang ia temukan adalah unicorn. Right. THAT white horse with a horn sticking out of its head.
Ada banyak hal yang harus ia proses di dalam kepalanya ketika menemukan hewan sihir yang kini perutnya sudah terbuka lebar itu. Bahkan itu belum sampai ke bagian apa atau siapa yang membunuhnya.
Dan sebelum ia menjabarkan apa saja permasalahan yang bergerak cepat di dalam kepalanya, akan lebih bijaksana jika ia merapalkan patronusnya terlebih dahulu. Memanggil kenangan terindah yang ada di sudut terjauh ingatannya, lalu menyaksikan stallion hitam muncul dari ujung tongkat maplenya tepat setelah mantra patronus terucap.
“Touma Shuudou,” ucapnya memberi tanda kepada siapa stallion hitam miliknya itu harus bertandang, diikuti dengan pesan singkat tanpa kejelasan sama sekali.
Graham memang mempercayai si pemuda Jepang. Namun melihat dari tinggi matahari, tentu sobat sejak kecilnya itu kini sedang berada di tempat yang paling Graham benci di sepenjuru Inggris Raya.
Kembali ke permasalahan yang ada di pikirannya sekarang.
Permasalahan pertama, alright, he’s admitting that Acker Forest is just too vast. Even the part where he needs to check the wards is not even half of the forest, at least that’s what Mr. Acker said. Dan setelah bertahun-tahun menjadi salah satu penjaga hutan tersebut, Acker sama sekali tidak pernah menemui hewan sihir berukuran besar selain Abraxan dan Thestral. Itu pun karena kedua jenis hewan tersebut ia pelihara di lahan tak jauh dari hutan ini.
Masalah kedua, ada terlalu banyak darah biru keperakan yang menggenang di sekitar bangkai unicorn ini. Tak banyak, tapi cukup untuk menganggap kalau sang pembunuh, siapa pun itu, tidak berhasil sepenuhnya mengumpulkan darah itu. .
Gerak tangannya yang nyaris mendekatkan cairan keperakan di tangannya itu ke hidungnya terhenti ketika sesosok bangau keperakan muncul di hadapannya untuk memberi kabar.
Decak lidahnya lalu berubah menjadi hela napas singkat sebelum ia meng-conjure sebotol vial berukuran kecil. Diikuti gerak tongkat lain yang mengumpulkan darah yang tersisa ke dalam botol itu dan langkah pendek mengitari hewan sihir itu untuk mengecek siapa tahu ada bagian lain yang bisa ia kumpulkan.
Yah, ia tak boleh menyia-nyiakan sesuatu yang sudah jelas ada di depan matanya, kan.
Tepat ketika memasukkan vial yang hanya terisi setengah itu ke dalam saku jubahnya, Graham mendengar namanya dipanggil. Quite expected, as he already sense his presence when he went into his ward.
“Well, hello, Graham, how is your day?” ucapnya dengan nada bicara sang pemuda Shuudou biasanya, tanpa mengalihkan pandangan dari tanduk unicorn sama sekali lalu membuat catatan di dalam kepalanya untuk memanennya nanti.
“Oh, I’ve got a pleasant day, Touma, how is your work? Busy as usual, what did you get here?” lanjutnya seraya beberapa kali mengubah cara bicaranya, sebelum akhirnya menegakkan punggung dan menatap si pemilik rambut hitam dengan senyum timpang.
“Tea?”
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 9
CON 12
INT 14
WIS 13
CHA 16
8 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
179 cm. Black raven hair, unimpressed face, rarely smile
|
Post by Touma Shuudou on Jan 13, 2022 22:36:18 GMT 7
He knew Graham Acker from a long time ago, when he still introduced himself as Lee Yeong Heum—even before he met his adoptive father. Bisa dibilang kepala keluarga Shuudou yang membisik ke lelaki tua Acker yang membujang terlalu lama untuk mengangkat Graham sebagai anak, bagian kalau Touma cilik lah yang meminta sang ayah tidak diceritakan.
Sebelah alis Touma mengerut, cara bicara Graham yang seolah mencemooh tak ia hiraukan. “I see you’re as good as ever.” Tidak perlu mengkhawatirkan Graham, dia yakin sahabat karibnya sudah sigap melakukan satu dan lain hal sebelum kedatangannya. Yakinnya Graham sudah mengekstrak apa yang dia butuhkan. Mau sekeramat apa unicorn di literatur dan komunitas sihir bagi Graham yang biasa menangani hewan-hewan gaib bangkai unicorn di hutan belakang rumah tak ubahnya harta karun yang mendadak jatuh dari langit. Spesimen yang datang tanpa harus bersusah payah, hanya orang dungu yang akan membiarkannya begitu saja.
“And your choice of place for an afternoon tea time is concerning Graham.”
Tambahnya. Senyuman timpang dari sahabatnya hanya dibalas dengan tatapan datar. Touma menggibas ekor mantelnya sambil mengitari pendek kemudian berjongkok. Diam mengobservasi. Meski Touma lebih sering berkutat dengan pekerjaan administratif dia cukup mumpuni untuk menaksir berapa kira-kira umur bangkai tersebut, penyebab kematiannya, dan apa atau lebih tepatnya siapa yang menghabisinya. Nama-nama penyihir hitam yang dicap berbahaya dan jadi buronan kementerian bersliweran di dalam kepala sang lelaki Jepang. Yet, still too early to make any assumption now except—from the pool of blood surrounding the unicorn's carcass—it's amateurly done.
“I believe you know it’s illegal for me to hide it.” Ucapnya tanpa menoleh.
Orang kementerian pasti akan menyukai berita ini walau mereka akan menerimanya dengan mimik ngeri. Jari Touma yang terbungkus sarung kulit mengusap perlahan moncongnya dan menyibak sebagian surai perak yang menutupi tanduk. Tak hanya darah, seluruh organ dan bagian unicorn ini sangat berharga di pasar gelap. Tapi Graham pasti sudah punya rencananya sendiri. Wajahnya berpaling ke sang kawan, pandangnya menelisik.
“What’s your plan?”
That short sentence could also be perceived as ‘tell me what’d you need and I’ll arrange it’ for these two young men.
Tidak melihat cincin yang ditemukan Graham.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 14
DEX 16
CON 10
INT 12
WIS 8
CHA 14
5 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
Silvery hair (might change later), fake smile, rough calloused hand, possibly slightly taller than you
|
Post by Graham Acker on Jan 20, 2022 20:51:24 GMT 7
Ada banyak hal yang bisa menarik perhatian seorang Graham Acker. Mengganggu Touma Shuudou berada di posisi yang cukup tinggi dalam daftar itu.
“Well, you know,” ujarnya setelah berjalan mendekati pria berambut gelap itu, “if you want to, I could’ve conjure the kettle and cup.” Sebelah tangannya yang masih memegang tongkat terangkat dan membuat gerakan melingkar di udara.
Setidaknya ada satu kesamaan dari ayah angkatnya dan keluarga Shuudou, yaitu kecintaan mereka pada teh. Atau mungkin lebih tepat menyebutnya sebagai sebuah obsesi. Sesuatu hal yang tak bisa dipahami oleh Graham, yang lebih menyukai kopi hitam.
Alih-alih ikut berjongkok di samping sang pemuda Jepang, Graham memilih untuk tetap berdiri dan menatap ke arah yang sama. Berusaha memperkirakan apa yang mungkin berada di dalam isi kepala Touma. Meskipun Graham tak akan tahu pasti, tapi yang jelas yang dipikirkan dengan si pemuda Jepang jelas berbeda dengan apa yang ada di dalam kepalanya ini.
Baginya, setiap bagian dari bangkai unicorn yang ada di hadapannya ini berbunyi uang. Ia sudah membuat daftar apa saja yang bisa ia kumpulkan dari bangkai itu. Lalu diikuti dengan daftar siapa saja ahli ramuan yang perlu ia hubungi. Setidaknya, ahli ramuan yang tak akan membeli setiap bahan itu dengan harga murah.
“Well,” ucapannya lalu disela oleh Touma, “And I believe I know,” jawabnya tanpa menunggu jeda sama sekali. Meskipun ucapan itu diikuti dengan seringai tipis yang sebelumnya sempat menghilang.
“And before we talk about plans,” lanjutnya dengan nada bicara lebih pelan dan dalam, “I thought you don’t really care about what’s illegal and what’s not. The ministry really change you, ay?”
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 9
CON 12
INT 14
WIS 13
CHA 16
8 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
179 cm. Black raven hair, unimpressed face, rarely smile
|
Post by Touma Shuudou on Jan 23, 2022 14:53:48 GMT 7
Touma Shuudou selalu punya kesan anak baik yang tekun dan tak banyak berbicara, tipikal anak Asia ucap mereka. But, little do they know this Japanese wizard have temperament issue. Saat dia terus menerus merasa diusik sampa titik sabarnya habis, emosi yang selama ini disimpannya rapat akan meledak. Saat Touma sudah gelap mata, this Slytherin graduate will hunt whoever those poor twat with intention of harming them. Dia tak akan puas dan tak akan juga berhenti sampai orang yang ditargetnya nyaris mati dengan mantra apapun yang terlucut dari ujung tongkatnya (and if it’s not enough, his fists know how to do the work).
—lantas ada Graham Acker.
Satu-satunya manusia yang bisa mengusiknya tanpa terancam. Graham jugalah juga lah yang bisa membuatnya kembali sadar entah dengan cara apa. Ada, ada alasan kenapa Touma Shuudou yang terkesan kalem ini masuk ke deretan anak pembuat masalah sewaktu sekolah.
“Na’ah, I don’t have the appetite but sure you can have that for yourself.”
Gelengan ke sang kawan yang menggerakkan tongkat, gesturnya mereplika sihir konjurasi. Penolakannya bukan karena panorama pesta teh kecil yang diusulkan Graham ialah bangkai Unicorn yang tercabik menyedihkan dan genangan darah keperakan yang membuat bunyi jejak basah tapi karena memang dia sedang tak berselera buat minum teh. “And you always prefer coffee over tea anyway.”
Tidak mungkin Touma tak tahu seleranya.
Ujung jari sang pegawai Kementerian Sihir mengetuk-ngetuk lembut potongan daging di antara tulang pipi dan moncong, menaksir-naksir. Sudah dingin tapi daging bangkai ini masih empuk, masih layak yakinnya andai kata isi kepala Graham mendadak lebih miring dan dia mau membuatnya jadi menu makan malam alih-alih menjualnya ke pasar gelap. But, Graham Acker still sane.
“I never said I care tho.” Dengusnya datar, diliriknya Graham sebelum ia meluruskan lutut dan berdiri tegap. “At least, they thought I would.” Shrugs. Untuk memuluskan akses dia harus memberi kesan demikian, terlebih ke hal-hal yang lebih rahasia dan terkutuk.
“Tell me you’ve already got the links now. Is your old acquaintance in Rome still alive?” Bagaimanapun mereka tak bisa berlama-lama membiarkan bangkai mahluk sihir ini. Ambil yang bisa diambil, awetkan yang bisa diawetkan. Semuanya.
|
|