Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 11
CON 14
INT 15
WIS 12
CHA 14
13 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Aurum Rainshrine on Jan 12, 2022 12:43:47 GMT 7
Ini adalah toko buku bekas yang ada di Diagon Alley.
Toko ini kecil. Sekalipun ada di Diagon Alley, banyak penyihir yang tidak tahu keberadaannya. Mereka melihat toko ini, tapi tidak pernah sedikitpun menaruh minat untuk sekedar masuk dan melihat isinya. Dari luar, toko ini berwarna hitam seperti arang dengan gerendel pintu berwarna kuningan yang sudah berkarat. Etalasenya penuh debu, apalagi kacanya. Jika Diagon Alley punya perdana menteri sendiri, mungkin dia akan memindahkan toko ini ke Knockturn Alley. Karena kesan atau impresi yang kamu nilai saat melihat toko ini akan mengingatkanmu dengan kios-kios di Knockturn Alley.
Pemilik toko ini adalah Jim Pickens. Orang-orang memanggilnya Jim. Ia tidak ramah. Tetapi, kalau kamu datang dan berdiskusi tentang ilmu pengetahuan di toko ini (mereka menyediakan minibar di lantai dua), Jim tidak akan komentar atau marah-marah.
Pickens' Secondhand Bookstore.
Itu namanya. Nama itu tidak dipampang di etalase atau di setiap produknya. Nama itu diberikan oleh pengunjung yang setia datang setiap bulan, kemudian disebarkan kepada mereka yang datang tiap musim, lalu dimengerti secara diam-diam oleh mereka yang datang hanya tiap tahun sekali. Para penyihir ini bukan yang tersohor, bukan yang paling ahli, justru mereka yang menempati posisi-posisi tidak menarik. Katakanlah, para Ravenclaw yang ingin pintar tapi nilainya pas-pasan. Para peneliti yang karirnya macet. Para magizoologist yang purnatugas karena cedera. Para arkeolog sihir yang trauma dengan perjalanan historisnya.
Atau alkemis yang baru meniti karir.
Seperti Aurum Rainshrine.
Pagi itu Aurum sedang duduk di salah satu kursi bermeja bundar kecil di lantai dua. Jendela di samping dia buka lebar-lebar, untuk mengurangi bau lapuk dari lantai kayu. Di atas mejanya ada sebuah buku usang yang baru saja dia beli dari lantai satu, ditemani secangkir kopi hitam yang pahit: sebuah pemandangan normal untuk para pembelajar di pagi hari ketika mereka memiliki waktu luang. Aurum tidak ada agenda apapun, tapi hatinya seolah sedang bersiap untuk kedatangan seseorang yang asing.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 8
CON 15
INT 13
WIS 16
CHA 12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 12, 2022 18:36:38 GMT 7
"Well. Hello?"
Sean Spade masuk ke dalam toko yang tampak tidak menyenangkan dari luar. Tidak menyenangkan dalam artian... Kau bisa saja menemukan benda-benda terkutuk yang dapat melukaimu kapan saja di dalam toko ini. Sean tidak tahu apa yang mendorongnya untuk menjelajah satu toko yang baru ia temukan hari ini.
Mungkin rasa penasaran. Excited to be adventurous in this early summer morning, huh?
Ce-klek.
Sean melangkah masuk.
Oh. Rupanya ini adalah toko buku tua. Sean mengedarkan pandangnya. Di depannya terdapat beberapa rak buku tinggi hingga menyentuh langit-langit, merupakan rumah bagi buku-buku yang jumlahnya tak terhitung, dengan bau khas perkamen tua yang menyeruak langsung ke dalam hidungnya. Di sampingnya ada sebuah etalase yang menghadap keluar, tapi tidak ada benda apapun yang ingin ditunjukkan oleh sang pemilik toko kepada dunia. Di sisi kiri merupakan, let's say, lorong yang mengantarmu ke sebuah meja panjang dan tangga menuju lantai atas dan lantai bawah tanah. Sean merinding.
Ia melangkah maju mendekati meja panjang yang ia asumsikan sebagai konter untuk memesan sesuatu.
"Ada yang bisa kubantu?" gelegar suara seorang laki-laki yang muncul entah dari mana.
"Whoa!!" for Merlin sake, "Ak-aku tersesat dan kurasa aku salah masuk toko."
Dahi pria paruh baya itu mengernyit tidak suka.
"Ta-tapi setelah kupikir-pikir, aku ingin, uhm..." Sean menelan ludah, panik bukan buatan. "Aku ingin mencari buku dan membacanya!"
"Well, anak muda, kau datang di tempat yang tepat," jawab pria itu. Nada suaranya agak turun. "Kau bisa mengambil salah satu buku di sini, membacanya di atas, dan jika kau suka, kau boleh membelinya. Semua ini koleksiku, y'know?"
"Oh, menarik. Terima kasih, Tuan," Sean bergegas mengambil buku dari rak terdekatnya dan berjalan ke lantai dua seraya menorehkan senyum canggung kepada pria itu.
Sean sampai di lantai dua. Di lantai dua, bau apak kayu menyeruak, membuatnya batuk-batuk kecil. Di sana ia melihat ada sebuah meja panjang dengan beberapa alat makan. Ada seorang pelayan yang berdiri di depan ceruk dinding yang sepertinya menghubungkan ruangan ini dengan ruangan lain. Tidak ada pelanggan lain selain ia dan seorang gadis yang duduk di sudut ruangan. Dengan canggung Sean mendekati gadis itu. Mungkin saja seumuran dengannya, jadi bisa diajak bicara untuk melegakkan kepanikannya sedari tadi.
"Aku tahu banyak kursi kosong, tapi apakah aku boleh duduk sebentar di sini?" tanya Sean. Tebal muka.
Gadis ini pasti pelanggan juga. Setidaknya kalau ada apa-apa dalam waktu 30 menit ke depan, aku tidak sendirian, pikirnya. Berharap gadis berparas Asia itu memperbolehkan Sean duduk bersamanya.
"Aku Sean. Sean Spade. Salam kenal," kata Sean. "Kau sering ke tempat ini, Nona?"
OOC: Izin deskrip toko lebih detail dan deskrip Jim Pickens ya!
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52] (Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 11
CON 14
INT 15
WIS 12
CHA 14
13 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Aurum Rainshrine on Jan 13, 2022 8:55:34 GMT 7
Aurum menikmati pagi itu dengan tenang. Pena bulu meliuk-liuk di atas selembar perkamen, sementara kedua mata fokus pada buku The History of Alchemy yang belum terlalu menarik perhatiannya. Jalan Diagon Alley belum ramai, kicau burung masih bisa terdengar samar-samar. Sehingga, ketika ada suara Jim Pickens menghardik seseorang, kemudian disusul suara derap langkah menaiki tangga, dan berakhir dengan suara batuk, Aurum Rainshrine tahu betul bahwa orang yang memanggilnya adalah orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di sini.
Kepalanya menoleh ke arah pemuda yang mengajaknya bicara. Surai hitamnya yang panjang dirapikannya ke samping bahu.
Pemuda itu bertanya apakah boleh dia duduk bersama Aurum. Perempuan umumnya akan menolak permintaan itu karena risiko orang asing akan melakukan tindak kriminal pada seorang perempuan sangat tinggi belakangan ini. Terlebih jika perempuan seperti Aurum, yang tampak kecil dan tidak berbahaya, berada sendirian di suatu tempat, dia akan menjadi target yang mudah untuk didapatkan. Selain itu, Aurum tidak pandai berduel dan tidak mampu berlari dengan cepat. Satu-satunya hal yang dapat dilakukannya adalah meminta pertolongan dari Tuan Pickens.
Awalnya Aurum tidak membalas pertanyaan itu, tetapi setelah sang pemuda memperkenalkan dirinya, Aurum berpikir hal lain. Pena bulunya berhenti bergerak.
"Duduklah, Tuan Spade," jawab Aurum sopan. Masih berjarak. "Namaku Rainshrine." "Ya, aku cukup sering kemari," sambung Aurum. Gadis ini kemudian meletakkan pena bulu di tengah buku yang terbuka sebelum menutupnya. Menjadikan pena bulu sebagai pembatas buku, untuk menaruh perhatian kepada orang asing yang berbicara di depannya. Perhatian yang diberikannya adalah cara untuk menjaga diri sendiri. Aurum tampak cukup tegang.
"Kau pasti baru pertama kali ke sini. Intinya, toko ini adalah toko buku bekas dengan fasilitas minibar dan meja-meja untuk berdiskusi. Pemiliknya adalah Tuan Jim Pickens, yang kau temui di bawah."
Aurum menyeduh kopinya, matanya mengerling singkat ke arah mata cokelat milik sang pemuda. Tidak familiar.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 8
CON 15
INT 13
WIS 16
CHA 12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 13, 2022 20:13:01 GMT 7
"Ok. Well. Rainshrine."
Tidak ada nama depan?
Ugh.
"Jim Pickens. Nama yang unik. Apakah Tuan Jim adalah seseorang yang picky?"
Seriously, Sean?
Sean tertawa canggung. Malu. Kenapa ia melakukan tindakan sebodoh ini kepada orang asing yang bisa saja susah-payah mempercayainya? Sean tidak akan menyalahkan Rainshrine jika gadis ini menganggapnya sinting atau butuh bantuan penyembuh pikiran.
Sean Spade berdeham sekali, menghentikan tawanya. Berusaha memberikan impresi waras kepada Rainshrine.
"Tempat yang sangat menarik, harus kuakui. Aku tidak menyangka ada toko buku bekas sebesar ini di Diagon Alley."
Sean melirik ke arah buku yang ditutup oleh Rainshrine. Kepalanya meneleng.
"The History of Alchemy... Wow, wow, apakah kau adalah seorang alkemis, Rainshrine?" Sean menerka dengan penuh semangat. Ia hampir-hampir lupa bahwa sekitar lima belas menit yang lalu ia baru dihardik oleh seorang pria paruh baya dan merinding sekujur badan sambil tergopoh-gopoh ke lantai dua. Ia memang mudah terdistraksi, kadang mudah lupa, tetapi hatinya tulus. Ia menjaga orang-orang yang ia percaya. Tipikal pemuda naif, bisa kau bilang begitu.
"Buku tua dan tebal... Perkamen dengan pena bulu angsa... Kopi hitam di pagi hari," Sean tersenyum, "tebakanku kalau bukan alkemis, ya jurnalis, atau penulis novel?"
Sean tertawa renyah. Bau apak kayu dan rasa merinding telah enyah baginya.
Remember that he used to be a wall-flower.
He lacks of social skills, is an eternal awkward-penguin, but his heart is a genuine one.
Setidaknya, itulah doa orang tua Sean dua puluh tahun silam.
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52] (Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 11
CON 14
INT 15
WIS 12
CHA 14
13 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Aurum Rainshrine on Jan 13, 2022 20:48:11 GMT 7
"You'd better ask him yourself, or are you afraid?" Aurum membalas candaan pemuda itu dengan tantangan. Aurum yakin pemuda bernama Sean Spade ini tidak akan berani bertanya hal itu kepada Jim Pickens. No one will ever try to do so, after all. Aurum menutup tantangan itu dengan sedikit senyum tipis setelah meletakkan kembali cangkir kopinya yang masih mengepul tipis.
"Tempat yang sangat menarik, harus kuakui. Aku tidak menyangka ada toko buku bekas sebesar ini di Diagon Alley."
Aurum mengangguk setuju.
"Me either. Found it accidentally when I was still a student in Hogwarts," terang Aurum kepada Sean. Sudah bertahun-tahun sejak Aurum masuk dan menjadi penghuni tidak tetap toko ini. Ada perasaan lega di dadanya ketika kembali ke toko ini. Toko tua berinterior serba hitam dan lantai kayu yang bau apak ini adalah rumah keduanya saat tidak kembali ke Hogwarts. Pun sudut yang dipilihnya sekarang, adalah tempat favoritnya. Di sini dia pernah menghabiskan hari demi hari belajar untuk persiapan ujian akhirnya, ketika rumahnya di London terasa membosankan.
Dan ketika hujan turun rintik-rintik, jalanan Diagon Alley yang sepi kini mulai dihiasi oleh payung para penyihir. Beberapa di antara mereka memilih mantra Impervius. Sisanya masih mengandalkan topi-topi kerucut mereka. Aurum Rainshrine menarik napas panjang dan membiarkan Sean Spade berkata panjang-lebar hanya untuk menebak apa yang gadis ini lakukan sebagai profesinya. Aurum bersandar. Kedua mata cokelat tua, yang akan mengingatkanmu tentang tanah gembur, miliknya memandang Sean Spade lekat. Dari pertemuan pertama ini Aurum dapat merasakan energi positif yang diberikan Sean Spade. Pemuda itu berpendar seperti lilin yang terang di dalam gubuk yang menyedihkan.
Paras Jepangnya muncul seraya Aurum melempar senyum.
Dia menjawab,
"Aku alkemis. Asisten alkemis. Alkemis junior. You named it, Mr. Spade."
Jemari Aurum menyusuri punggung bukunya. Menyentuhnya dengan lembut, seolah-olah buku tua ini bisa tercerai-berai dengan mudahnya.
"What are you?"
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 8
CON 15
INT 13
WIS 16
CHA 12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 13, 2022 22:45:32 GMT 7
"Tidak, tidak, tidak."
Sean Spade menggelengkan kepalanya buru-buru.
"Katakan aku pecundang, tapi aku tidak mau lagi berurusan macam-macam dengan Jim Pickens, Rainshrine."
Melihatnya saja sudah bikin merinding.
Sean Spade memang bukan pemuda yang pemberani dalam semua hal. Ada alasan kenapa ia tidak dimasukkan ke Gryffindor. Melihat suatu masalah dari berbagai sisi, melakukan interpretasi dari berbagai sudut pandang, dan lari ketika terdesak adalah trait yang menjadikannya pemuda yang tidak menarik. Mungkin bagi sebagian besar perempuan. Menjadi pajangan adalah perannya. Mengamati tanpa diamati adalah hobinya.
Membiarkan Rainshrine meneruskan kalimat perkenalannya, Sean terus mengamati gadis berwajah blasteran Jepang ini dengan seksama. Sean nyaris tidak berkedip. Sorot matanya menyala-nyala, seperti tentara yang melihat lagi keluarganya setelah pulang dari perang. Sorot mata itu kemudian melebar; takjub, ketika Rainshrine mengatakan bahwa gadis itu adalah seorang alkemis muda.
Well.. Well...
Ada perempuan pintar di sini.
"Jadi kau adalah lulusan Hogwarts. Sekarang memilih karir sebagai alkemis. Great," kata Sean. "Aku tak pernah melihatmu. Aku Hufflepuff, by the way. Lulus dua tahun lalu."
Dan apakah aku?
Hujan turun. Awalnya berupa rintik, lalu berubah cepat menjadi deras.
"Some people are not meant to be understood at all; and I don't mind myself to not be understandable. For now, it's best to call me a diviner. A tasseomancer, if you please, Miss Rainshrine."
Dikatakan dengan nada yang sangat santai. Tanpa beban.
Sean menyandarkan punggungnya.
"Doing things with tea and its cup. Rarely with wands or guns like mankind. Seeing past or future, bad or luck. Rarely joy or victory."
Untuk menikmati hari yang penuh dengan kejutan dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja.
Sean Spade merasa percaya diri. Ada bagian dari dirinya yang seolah mengambil alih percakapan barusan; seolah mengubahnya dari pemuda menjadi seorang pria.
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52] (Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 11
CON 14
INT 15
WIS 12
CHA 14
13 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Aurum Rainshrine on Jan 14, 2022 20:41:01 GMT 7
It was an impromptu meeting.
She acted like a tough lady, but she was indeed a little girl, still.
Aurum tidak ingat kapan terakhir kali dia berbicara intens, empat mata, bersama laki-laki selain ayahnya. Bukan karena Aurum menginginkan hubungan intim seperti itu, tetapi dia memang menutup diri. Argent adalah yang terakhir, bertahun-tahun silam, memenangkan hatinya untuk kemudian dihancurkannya. Masa-masa naif, yang meskipun sudah tiga tahun berselang, Aurum masih menyimpan perasaan bersalah kepada dirinya sendiri. Membiarkan jiwanya yang masih muda menjadi tawanan hati seorang pria dewasa, tidak mengindahkan apa yang dikatakan teman-teman terdekatnya, dan melupakan semua perhatian dari para pemuda yang sempat mencoba memulai hubungan dengannya saat di Hogwarts.
Pagi ini, Sean Spade menjadi pelaku utama.
Yang membawa Aurum Rainshrine mengingat kembali kenangan romansa yang sempat merenggut masa remajanya.
Aurum membiarkan sang pemuda melanjutkan kata-katanya; tanpa menyela. Ada desir yang menyenangkan, menenangkan, ketika Aurum melihat pemuda itu menyimpulkan segala sesuatu yang diketahuinya tentang Aurum dan menyimpulkan segala sesuatu yang ditonjolkannya tentang dirinya. Such a talkative guy, isn't he? Mungkin, sosok seperti Sean Spade adalah sosok yang tidak pernah ditemuinya. Di rumah, ayah dan ibunya tidak pandai berkelakar. Di Slytherin, hanya sebagian kecil orang yang bisa mengeluarkan energi seperti Spade.
Positif. Tidak berbahaya. Welcoming.
"Interesting, Tuan Spade," jawabnya singkat seraya menarik tangan dan meletakannya di atas pangkuan. "Ramalan adalah salah satu cabang ilmu sihir yang tidak disukai oleh para penyihir. Penuh ketidakpastian," bahkan baginya pun demikian. "Orang yang menghabiskan waktu untuk mendalaminya adalah orang-orang yang dikaruniai berkat dan kesabaran yang luar biasa." Aurum Rainshrine bukanlah orang-orang itu. Dia adalah pemikir yang logis, sebab-akibat, berlandaskan teori. Melogiskan ramalan tidak pernah menjadi agendanya.
"Apakah bisa aku menggunakan jasamu untuk melihat masa depan, Tuan Spade?"
It is an impromptu meeting.
She acts like a tough lady, but she is indeed a little girl, still.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 8
CON 15
INT 13
WIS 16
CHA 12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 16, 2022 0:41:29 GMT 7
Hanya ketika ia bicara tentang tasseomancy ia menjadi sangat percaya diri. Seolah-olah bahwa ia dilahirkan untuk hidup bersama dengan daun teh dan cangkir, meminta pertolongan mereka untuk melihat nasib seseorang yang membutuhkan. Sean tidak ingin menjadi seorang peramal yang sesat. Ia selalu berdoa agar hasil ramalannya dapat membantu orang lain untuk keluar dari kesulitan mereka.
Membentuk senyum, yang lebih mirip sebuah cengiran, sebelum menjawab Rainshrine. "Begitulah. Setelah lulus dari Hogwarts, aku berguru kepada salah seorang rekan lama ayahku yang juga ahli dalam ramalan. Di Swiss." Pengalaman menepi dan menyepi di kaki pegunungan Alpen. Menjalani pengalaman spiritual dengan membersihkan pikiran dan hati dari kotoran-kotoran yang dapat menutup mata batin seorang peramal. "Dua tahun lebih hanya untuk mendalami ilmu membaca daun teh. Itu pun belum apa-apa," pungkas Sean santai.
"Well," kali ini ia melirik Rainshrine. Mencari apakah gadis itu betul-betul serius atau tidak tentang hal itu. "Tentu saja bisa. Aku tidak membatasi klienku. Semua boleh." Bahkan klien terjauhnya saat ini berada di Edinburgh. Misi dari korespondensi yayasan gereja Katolik bagi para penyihir di utara membuahkan banyak pengalaman tasseomancynya. Pasalnya, ia menemukan berbagai pola unik di dasar cangkir, yang dibentuk oleh serbuk-serbuk daun teh. Kesemuanya menunjukkan masa depan yang berbeda-beda.
"Sebenarnya aku sedang menutup jasa setelah dari Edinburgh kemarin. Melelahkan sekali, kau tahu. But if you insist-"
Sean Spade menarik ranselnya dari lantai dan mengeluarkan perkakas gypsinya satu per satu. Cangkir porselen berwarna putih bersih, beberapa kantong hijau berisi daun teh, sendok kuningan, dan beberapa buah dupa. Ia menyusunnya di atas meja Rainshrine dengan rapi. Setelah selesai, Sean menopangkan kepala di atas satu tangan yang ia tumpukan pada pinggir meja.
"What are you up to, Miss Rainshrine? Sebutkan dengan jelas dan spesifik. You know the rules."
Boleh kalau mau coba dilamar diramal, Rainshrine. Siapa tahu bisa jadi plot yang unik di masa depan? ^^
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52] (Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 11
CON 14
INT 15
WIS 12
CHA 14
13 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Aurum Rainshrine on Jan 16, 2022 1:22:12 GMT 7
The scent of you, the rain, the coffee, they linger on me,
or on everything else that I can see.
Aurum Rainshrine mengamati semua gerakan Sean Spade. Dia seperti sedang melihat sebuah film dokumenter yang menceritakan kisah heroik dari seorang peramal muda. Tangannya terkatup, punggungnya tegak, kaki saling menyilang. Aurum sedang mempertaruhkan harga dirinya di depan orang asing yang baru saja ditemuinya pagi ini. The ceilings and walls are probably laughing at her now. At how vulnerable she is to a kind-hearted man.
Ketika semua peralatan ramalan milik pemuda itu sudah tersusun rapih, Aurum tertawa.
"Tidak, Tuan Spade. Tidak sekarang. Tidak di sini." Aurum menghentikan tawanya, mengubah tawa itu menjadi sesimpul senyum ramah yang memunculkan wajah Asianya dengan sangat kentara. Aurum tahu bahwa senyum itu adalah senyum yang dapat menaklukan semua orang, membuat mereka berpikir dua kali lebih baik dalam memperlakukan Aurum. "Maaf atas tawaku, tetapi sungguh, kau sangat lucu, Tuan Spade," lanjutnya.
"Sebenarnya aku sedang menutup jasa setelah dari Edinburgh kemarin. Melelahkan sekali, kau tahu. But if you insist-"
"Kita akan melakukannya sekarang?" Tangan Aurum meraih tangan pemuda itu. Tidak sengaja. Dengan cepat Aurum menariknya kembali. Gugup membuat gadis itu menunjukkan sifat aslinya yang penakut dan sangat senang bergantung pada orang lain. Tapi kepada Sean Spade, yang notabene adalah orang asing, kenapa dia secepat ini lengah?
Pagi itu minibar milik Jim Pickens memang sangat sepi. Hanya ada dia dan Sean Spade, serta satu orang pelayan yang berada di dapur menanti pesanan dari pelanggan. Suara hujan deras masih mengguyur Diagon Alley. Sesekali terdengar suara Kneazle liar yang melintas di tralis jendela toko. Mungkin, tidak apa untuk melakukan ramalan di tempat ini. Mereka berdua memang tidak terlihat.
"What are you up to, Miss Rainshrine? Sebutkan dengan jelas dan spesifik. You know the rules."
"Aku ingin melihat bagaimana perkembangan karirku di bidang alkemis dalam lima waktu ke depan. Itu yang pertama."
|
|