[O-1] I enjoy being a girl...

Rixxa si penyihir setengah goblin memandang penuh keheranan sebuah ruangan dengan tirai merah dan kaca besar yang memantulkan cerminan tubuhnya yang mini, sedangkan Chavalah Liebgott yang membawa mereka beraparasi langsung mematut dirinya di depan cermin. Si gadis Liebgott itu segera memulas bibirnya dengan pemerah bibir tipis (karena bibirnya sudah dipoles lipstick sebelum mereka berdisaparasi). Rambut coklat dengan model poodle-nya dirapikan dengan ayunan tongkat sekali jadi.

“Where the hell are we?”

Rixxa, si setengah goblin kecil mencetus protes.

“Oh, it’s Harrods.”

“Harrods?!” Rixxa yang memiliki suara cempreng mencebik keras.

Chavalah tertawa mendengar protes Rixxa.

“Ayo, ada satu model gaun terbaru yang harus kita beli. Diskon khusus hari ini!”

Gadis itu menarik tangan Rixxa, keluar dari fitting room salah satu toko di Harrods tempatnya berdisaparasi tadi. Rixxa mencerocos kesal, mengeluarkan semua jenis makian yang ia ketahui karena Chava membawa mereka ke department store khusus muggle. Beberapa orang menatap keduanya, tatapan mereka tertuju pada Rixxa yang bertubuh mini, yang bisa disamakan dengan orang-orang kerdil, dan terkesima dengan sosok Chavalah Liebgott yang melangkah penuh percaya diri dengan gaun biru terang bersabuk merah muda di sekitar pinggang. Bukan pemandangan biasa, bagaimana seorang gadis berpenampilan atraktif seperti Chavalah Liebgott bisa bersisian dengan sesosok manusia kerdil seperti Rixxa.

Barangkali seperti itu pendapat para muggle.

Bagi Chava, Rixxa adalah salah satu orang terpenting dalam hidupnya. Rixxa adalah manajernya, setelah ia memutuskan tidak akan bekerja sama dengan para muggle. Rixxa memuji bakatnya sebagai seorang penghibur di bar-bar malam, dan ia memutuskan untuk mengatur semua jadwal Chava sekaligus mencari bar mana yang akan mementaskan kehebatan Chava di panggung.

Sayangnya, ia bukan gadis penghibur semata. Kemampuan vokalnya payah, dan ia sudah mengubur dalam-dalam mimpinya sebagai seorang aktris setelah ia sadar bahwa ia tidak punya bakat. Dan tentu saja ia akan marah jika disamakan dengan wanita penghibur.

“Ketimbang berbelanja tidak guna seperti ini, tidakkah sebaiknya kau mencoba mencari humor lain agar para penonton tidak memakimu?”

Maka Chava memilih jalan lain, menjadi seperti Lenny Bruce.

Siapakah Lenny Bruce itu dan apakah yang ia lakukan? Cari tahu sendiri.

Karena sekarang tatapan Chava sudah tertuju pada deretan lipstick yang membuatnya melepaskan, “Oooohh……” penuh kekaguman, tidak menanggapi ucapan Rixxa soal bomb-nya di atas panggung.

“Oh no, another lipstick?!”

Koleksi lipstick-nya padahal sudah lebih dari dua puluh.