[p] Lost in Thought

Biasanya, ketika ayah angkatnya sedang bepergian ke luar negeri seperti sekarang ini, Graham lebih memilih untuk mengunci jaringan floo kediaman mereka. Bukan apa-apa. Ia hanya tidak memiliki waktu jauh lebih banyak untuk mengurusi tamu tak diundang.

Bagaimanapun juga, pria tua Acker itu memiliki jauh lebih banyak kolega dibandingkan yang Graham kira. Dan sering kali, koleganya itu datang untuk meminta bantuan atau sekadar berkonsultasi tentang beberapa hewan sihir.

His hands and thought are already full, he doesnt need another extra works at least for now.

Hanya saja, kekurangan seorang Graham Acker adalah, ketika ia tengah fokus pada satu hal, terkadang atau bahkan sering kali ia akan melupakan hal penting yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu. Dalam kasusnya kali ini adalah mengunci jaringan floo.

Sehingga ketika Graham mendengar suara khas kedatangan seseorang melalui perapian di ruang tengah, ia hanya bisa merutuk pelan seraya berjalan dari dapur. Tak lupa sambil berharap bahwa tamu yang datang hanya berniat untuk menemui Acker yang tiga puluh tahun lebih tua dari Graham. Lalu mengingatkan dirinya sendiri untuk tak lupa mengunci jaringan floonya.

Jangan lupa mengunci, jangan lupa mengunci, jangan lupa--

“Mr. Zhang?” right? “What a pleasure to see you in my humble house,” ujar Graham dengan penekanan pada beberapa kata. Oh, you know, sarcasm.

Alih-alih berjalan mendekat, Graham justru menuju ke rak buku dan mengambil sebuah guci yang ada di baris ketiga dari atas. “Jadi,” lanjutnya lalu membelokkan kaki ke arah tamu tak diundang itu dan membuka tutup guci yang sebenarnya berisi bubuk flow ketika berada tepat di hadapan sang tamu.

“tersesat?”