Administrator
USER IS OFFLINE
Years Old
Sorcery Points:
Hit Points: | Atk Dice:
146 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Narrator on Jul 2, 2021 17:37:22 GMT 7
Ah. Tahun ajaran baru. Saat ketika Diagon Alley menjadi lebih ramai daripada biasanya. Murid-murid (atau calon) Hogwarts datang berbondong-bondong untuk membeli perlengkapan sekolah. Ia melihat bagaimana volume penyihir di jalanan pertokoan ini bertambah seiring semakin dekatnya bulan September. Tokonya tentu saja juga kebagian imbas mendapatkan pengunjung jauh lebih banyak daripada biasanya. Tidak setiap hari penyihir membutuhkan tongkat baru. Kalau mereka beruntung, mereka cuma perlu satu tongkat untuk seumur hidup (dan dengan kualitas tongkat yang dibuat Ollivander, tentu saja kau tidak akan butuh membeli tongkat baru!). Biasanya ia lebih banyak berada di bagian belakang toko, di ruangan kerjanya, membuat tongkat baru setiap kiriman kayu dan inti tongkat datang. Garrick Ollivander membuat tiap tongkat dengan sepenuh hati, ia ingat tiap tongkat yang pernah ia buat. Tapi di bulan Juli, tokonya kebanjiran pengunjung dan ia harus melayani di depan toko. "Coba kulihat," ujarnya acap kali, mengamati penyihir muda yang datang sebentar sebelum mengambil tongkat dari rak, "kupikir ini akan cocok untukmu." Kadang tebakannya salah. Ada saja penyihir yang sulit dipilih tongkat. "Coba yang ini." Hm. "Bagaimana kalau yang ini?" Sulit. Tapi pasti ada tongkat yang sesuai untuk mereka. Ia berdeham bangga. Tongkat buatan Ollivander, terbaik di Inggris.
Silahkan roll untuk menentukan tongkat apa yang akan kamu dapat. Boleh post berkali-kali jika ingin mendapatkan tongkat yang sesuai. Tabel hasil. [/roll range="1-100"][/roll range="1-6"][/roll range="1-6"][/roll range="1-6"] *) hapus tanda '/' 1-100·1-6·1-6·1-6|nB47OZA
|
|
Murid Hogwarts
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 13
CON 10
INT 13
WIS 14
CHA 16
3 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
Average height, lanky, with brown curly hair and bright blue eyes.
|
Post by Shaylon Sherwood on Jul 2, 2021 18:58:16 GMT 7
Shaylon menggunakan tongkat ibunya sejak pertama kali menginjakan kaki di Hogwarts. Jelas bukan karena keluarganya terlalu miskin untuk membeli tongkat. Storm (kakaknya, berbeda ibu, tapi tetap kakaknya) berkata ia terlalu sentimental, menggunakan tongkat ibu yang tiada sebagai semacam token. Shaylon pikir itu mungkin benar, biarpun ia tidak pernah menganggap dirinya sentimental.
Ini kedua kalinya ia masuk ke Ollivander's. Pertama kali ketika ia menemani Storm membeli tongkatnya, enam tahun yang lalu. Toko itu masih terlihat persis seperti dalam ingatannya, rak-rak tinggi yang penuh dengan kotak-kotak berisi tongkat sihir. Sedikit berdebut, dan ada sisi dirinya yang merasa ingin sekali merapikan tiap kotak yang miring dan mengapa kotak-kotak ini tidak diurutkan berdasarkan ukuran atau warna. Ada pernak-pernik bewarna emas yang tergantung di langit-langit, dan tumpukan buku tentang wandlore. Lalu di antara semua itu, ada seorang pria tua.
Ollivander tua yang cakap.
"Hullo," Shea menyapa penyihir itu, tersenyum. Ada kerutan di sudut matanya yang selalu nampak ketika ia tersenyum. Tidak banyak yang perlu dikatakan, ia tahu karena pernah melihat hal ini sebelumnya. Ia bahkan tidak perlu berkata bahwa ia ingin membeli tongkat (karena untuk apa lagi ia ke sini?).
Penyihir itu mengukur panjang lengannya, memperhatikannya dari ujung kaki sampai puncak kepala sebelum memberikannya sebuah tongkat sihir.
Ny7xC5ze1-1001-61-61-61-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Alpha Tester
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 13
CON 12
INT 15
WIS 16
CHA 8
2 POSTS & 0 LIKES
House:
Ravenclaw
APPEARANCE
Messy blonde hair, chestnut eyes, pale skin, thin, short, and expressionless face.
|
Post by Nathaniel Morgan on Jul 2, 2021 19:10:35 GMT 7
Seharusnya di sini tempat ia mendapatkan tongkat sihir.
Sambil menunggu antrian, mata chestnutnya memandang ruangan yang penuh dengan rak-rak tinggi di hadapan. Kebanyakan berisi kotak-kotak berdebu. Entah berapa jumlahnya. Di bagian dalam atau lantai atas ia meyakini semakin banyak jumlahnya dibanding yang terlihat olehnya sekarang. Bagaimana Garrick Ollivander memilih tongkat mana yang cocok untuk tiap penyihir masih menjadi pertanyaan dalam benak Nate.
Akan tetapi, tentu ia memilih diam dan mengingatkan diri untuk mencari buku tentang tongkat di perpustakaan manornya nanti.
Tubuhnya pun bergerak maju ke depan meja ketika gilirannya tiba. Sedikit berusaha menyelip dari anak-anak lain yang mayoritas lebih tinggi dan besar darinya.
Apa dia harus mengatakan sesuatu?
Sepertinya tidak perlu. Karena Mr. Ollivander langsung mengambilkan sebuah kotak. Dikatakan gugup akhirnya akan melihat benda yang sering Ma dan Da gunakan semasa hidup dulu, tidak. Ia lebih merasa ingin mempelajarinya segera.
Jemari Nate perlahan meraih kayu tersebut. Digenggam lalu diangkatnya dengan hati-hati.
EFkluQis1-1001-61-61-6 1-100·1-6·1-6·1-6
"Lost memory will never say goodbye. I wonder if I'll forget without realizing it."
|
|
Alpha Tester
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 8
CON 13
INT 13
WIS 16
CHA 14
2 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Matthew Zhou on Jul 3, 2021 0:10:21 GMT 7
Sang adam memandang teduh pada sebaris jalan yang tersaji di hadapan matanya. Jalan begitu akrabnya hingga terekam dengan demikian jelas dalam ingatannya. Lama hidupnya memang masih terbilang belia, namun soal ingatan rasanya ia tidak perlu meragukannya. Ia cukup percaya diri dengan apa yang ada dalam kepalanya. Dan lagi, Diagon Alley adalah satu dari sekian tempat yang sering dikunjungi oleh para penyihir dengan berbagai urusan yang ada. Pun tak terkecuali dengan sang Zhou muda yang kini datang dengan membawa sebuah hajat.
Senyum halusnya terkembang lambat manakala langkah kakinya berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang, menurutnya cukup menjadi ikonik di tempatnya kini membumi. Sebagai informasi, seorang Matthew sudah terbiasa untuk melakukan berbagai hal seorang diri. Ada begitu banyak variabel yang menyebabkan hal yang sedemikian bisa berlaku. Tak penting memang. Menurutnya. Padahal kejadian yang selanjutnya akan berlaku, adalah sesuatu yang sangat krusial bagi seorang penyihir. Pun sekali lagi, hal ini sekedar pendapat pribadinya saja.
Matthew akan mendapatkan tongkat sihir pertamanya. Suatu hal yang cukup besar bukan? Harusnya begitu. Pun baginya, hidup tidak perlu ada begitu banyak perayaan. Mungkin karena bagi sang adam, sebuah perayaan akan kehilangan makna, manakala tidak ada figur yang bisa diajak untuk berbagi suasananya.
Ah, sudahlah.
Langkah kakinya kembali dipacu. Dan kini tubuhnya bergerak memasuki toko yang khusus menjual tongkat sihir tersebut. Ia tidak bisa berbohong kalau sebenarnya ia cukup penasaran dengan tongkat yang akan didapatkannya. Karena ada yang mengatakan, bahwa tongkatlah yang memilih pemiliknya. Dan tentu saja ia penasaran, tongkat seperti apa yang akan memilihnya?
Senyum halusnya dibalas dengan sebuah tatapan yang bahkan tak bisa ia artikan maknanya. Sebuah pandangan yang seolah melihat jauh, menembus ke dalam dirinya. Ollivander, memang tersohor bukan tanpa alasan.
Dan tak perlu menunggu lama, sebuah kotak kemudian diberikan kepadanya. Begitu saja? Dan kini tongkat itu, sudah berada dalam genggaman tangannya. Semudah ini, memilihnya?
Pamannya tidak mengada - ada cerita ternyata.
Pzp70MjM1-1001-61-61-6 1-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Alpha Tester
IS OFFLINE
Years Old
STR 13
DEX 13
CON 14
INT 10
WIS 8
CHA 16
1 POST & 0 LIKES
|
Post by Jasper Lee on Jul 3, 2021 12:22:06 GMT 7
Ia mendorong pintu tua itu dengan tongkat kebesarannya. Dilihat sejumlah antrian pengunjung yang mungkin seumuran atau lebih mudah darinya. Bukan salah Jasper apabila ia harus masuk (lagi) ke dalam toko ini. Tongkat yang ia adopsi sebelumnya hancur lebur karena kebodohan pelayan-pelayan keluarga Lee. Walau sang Ibu meminta agar Jasper memaafkan mereka, tetapi menurutnya tidak masuk akal apabila tongkatnya dikira sebagai salah satu kayu yang bisa mereka pakai untuk dibakar. Tentu, salah Jasper yang membiarkan tongkatnya tidak dalam jangkauan tangannya. Namun, sepertinya tidak mungkin apabila si laki-laki mengakui kesalahannya tersebut.
Maka tungkainya ia seret paksa. Bagaimanapun ia seorang siswa sekolah sihir yang tidak mungkin tidak memiliki tongkat. Walaupun enggan, sulung keluarga Lee harus mendapatkannya lagi. Mengantri adalah sebuah kegiatan yang tidak ia sukai. Namun statusnya sebagai calon penerus klan membuatnya tidak bisa berbuat asal. Maka yang ia lakukan hanyalah menunggu dengan gelisah sembari sesekali melirik ke arah jam dinding. Tak lupa decakan khas miliknya sebagai sinyal bahwa ia sudah sangat bosan menunggu.
Gilirannya tiba.
"Sorry, my butler broke my wands." ucap santai si pemuda. Tak lupa ia melayangkan senyum bisnisnya kepada sang pegawai agar ia diberikan tongkat terbaik. Banyak yang berkata bahwa dirinya adalah seorang ular yang berlaku manis namun mendesis mencari mangsa. Ia tidak protes. Toh pada kenyataannya panji hijau itu menjadi simbol dari dirinya. Sebuah kenyataan yang tidak bisa ia kelak, dan iapun tidak berusaha untuk mengelaknya. "Tongkat ini akan berfungsi lebih baik dari yang kemarin kan?" Ucap Jasper ketika kayu panjang tersebut berada di tangannya. Ia mengayun tanpa merapal mantera.
0gffedrg1-1001-61-61-6
1-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 12
DEX 16
CON 13
INT 10
WIS 8
CHA 15
7 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
184cm/72 kg. Jet black hair. Black irises. Fit build. Several (magical) tattoos for protection (hidden with magic)
|
Post by Sydney Cho on Jul 4, 2021 0:34:21 GMT 7
"Kalian akan dapat tongkat kalian masing masing nanti, untuk sekarang, aku yang punya."
Lucunya, Sydney Cho masuk ke dalam toko tongkat tersohor di Diagon Alley dikerubungi tiga bocah. Keluarga Cho punya banyak anak, bukan cuma keluarga intinya saja, dan sebagai anak tunggal, Sydney untuk sebuah alasan digandrungi bocah bocah ingusan tersebut. Pun, alasannya ke Ollivander's jelas untuk mengganti tongkatnya. Baru kemarin, ketika ia mempersilahkan bocah bocah dengan rentah umur enam hingga sembilan tahun tersebut main main dengan tongkat sihirnya, salah satu dari mereka tidak sengaja mematahkan instrumen penting tersebut. Kalau ditanya bagaimana caranya, Sydney tidak bisa menjawab, yang jelas tongkat sebelumnya sudah wafat dan diimakamkan.
(Alias dibungkus oleh kain sutera, diikat kencang dengan sulur tanaman yang katanya akan mengusir energi buruk yang tersisa dari tongkat lamanya, kemudian disimpan jauh jauh di dalam nakas di kamarnya.)
Hari ini ia hendak membeli tongkat baru. Yang lama, sudah lima tahun, dan meskipun ia kepalang sayang, Sydney juga tidak bisa terus menyesali kehilangannya. Mau marahpun, rasanya ogah buang tenaga untuk mengomeli bocah yang sudah bermuka sembab setelah menangis karena merasa bersalah telah merusak tongkat miliknya.
"Hai." Sopan ia menyapa sang penjaga toko. "Aku ingin beli tongkat baru. Yang lama--ya begitulah," kekehnya pelan. Ia sudah awam atas prosedur pemilihan tongkat di Ollivander's, ia hanya perlu menunggu takdirnya menuntunnya pada satu yang semoga akan bertahan lebih lama daripada yang pertama.
Ngomong-ngomong, toko ramai sekali, bocah kelas satu sedang liar, kah?
9aJfD1PQ1-1001-61-61-6 1-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 14
CON 11
INT 15
WIS 14
CHA 12
12 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Brown hair, hazel eyes, balance height and weight.
|
Post by Nikolai Pushkin on Jan 8, 2022 12:38:49 GMT 7
Nostalgia sekali.
Bangunan lapuk beraroma khas, sosok penyihir termasyhur yang tampak tak menua sejak terakhir bertemu dahulu sekali ketika usianya masih sebelas, dan rak tinggi menjulang berisi kotak-kotak kayu yang memilih pemiliknya. Kesemuanya diamati oleh Nikolai dengan lekat seraya melangkah. Sepi, kira-kira, momen ia mencapai meja.
"Good afternoon, Sir."
Anggukan pelan dan segaris senyuman terulas pada wajah pemuda pendiam itu. Dilihatnya kemudian Mr. Ollivander membalikkan tubuh. Tanpa menunggu lama, beliau kembali dengan membawa benda yang ia perlukan.
ghnIkGVT1-1001-61-61-61-100·1-6·1-6·1-6
Rainy days don't seem so wet Stormy nights don't stay From the moment that we met, you were worth the wait Oh, this could be the best thing that I'll ever know [The Best Thing - Paper Planes]
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 8
CON 15
INT 13
WIS 16
CHA 12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 8, 2022 14:42:01 GMT 7
Is it necessary for a seer to have a wand?
"Ya, ya, untuk bertahan diri. I know, Mum."
Sean Spade melengos masuk ke Diagon Alley. Percakapan dengan ibunya tadi pagi justru membuatnya jengah sekarang. Kenapa? Well, look, he is not an eleven years old boy anymore. Ia sudah lulus dari Hogwarts–cetak miring kata lulus mengingat ia hanya pas-pasan; yang penting lulus. Ia sudah pergi dari Inggris selama dua tahun untuk mendalami tasseomancy di bawah bimbingan rekan ayahnya di Swiss. Tetapi, ketika ia kembali ke Inggris, ia tetaplah menjadi anak bayi bagi kedua orang tuanya.
Spoiled brat, sort of.
Hari ini Sean hanya akan mengunjungi toko tongkat sihir milik Mr Ollivander karena tongkat sihir miliknya patah saat ia mendaki ke salah satu anak pegunungan Alpen bersama sahabat Muggle-nya, Dieter, musim panas lalu. Sean Spade sangat, sangat, sangat ceroboh. Tetapi ia cukup tabah dalam menghadapi cobaan; pun saat ayah ibunya langsung menuju ke Swiss untuk memarahinya, ia tetap tenang dan mengakui kesalahannya.
Sean Spade masuk.
Pemandangan di depannya benar-benar chaos. Kotak-kotak sihir beterbangan, anak-anak berumur sebelas tahun berteriak ke sana kemari, dan sesekali ada angin puting beliung berukuran super mini muncul dari tongkat yang sedang dicoba. Sean Spade terkekeh. Ia merindukan kehidupan sosial, keramaian, dan kemanusiawian dunia yang sempat ia tinggalkan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Sean tersenyum tipis, lalu langsung menyapa sang empunya toko tongkat.
"Sir, menurut Anda, apakah seorang peramal harus memiliki tongkat sihir?"
Baik, ini terdengar konyol.
"Ja-jangan salah sangka. Aku hanya bertanya. Aku tetap menginginkan tongkat sihir baru," ujar Sean setengah terkekeh.
sW6Py4lW1-1001-61-61-61-100·1-6·1-6·1-6
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52] (Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 12
CON 8
INT 16
WIS 14
CHA 14
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Ravenclaw
APPEARANCE
H: 190 cm, W: 68 kg. Dark brown hair, green eyes, and light brown skin tone.
|
Post by Mateo Diaz on Jan 8, 2022 16:41:20 GMT 7
Mateo menghela napas saat langkah kakinya memasuki pintu lusuh yang tak pernah ia kunjungi sejak lebih belasan tahun lalu. Saat langkah kakinya tinggal lima sentimeter menghadap meja, dirinya teringat cerita masa lalu konyol bersama ibunya ketika pertama kali ia menginjakkan kaki ke toko ini. Ia menangis hanya karena belasan tongkat menolak dirinya sebagai tuan, meskipun akhirnya sebuah tongkat kecil bersedia menjadi tongkat bocah kulit gelap itu.
Tongkat peot yang sangat buruk, tapi tongkat itulah yang menemani Mateo hingga kelulusannya di Hogwarts.
Di mana tongkat itu sekarang?
Sudah tidak ada di dunia ini lagi.
"Mr. Olivander, senang bertemu denganmu lagi."
Mungkin jika Mateo bekerja sebagai dokter di London, maka ia akan berpikir tak lama lagi Mr. Ollivander meninggal dunia. Namun, mengingat usia penyihir tergolong lama, Mr. Ollivander jelas terlihat masih tampak cukup bugar untuk ukuran seorang kakek-kakek.
"Berikan aku tongkat baru, yang terbaik."
Tongkatnya PM memilih sendiri
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 15
CON 14
INT 14
WIS 11
CHA 12
3 POSTS & 0 LIKES
House:
Ravenclaw
APPEARANCE
158/46. petite body, long wavy dark brown hair, light brown eyes.
|
Post by Illenka Asil on Jan 8, 2022 18:23:49 GMT 7
`Jadi, apa akhirnya kau sudah tertarik mengganti tongkatmu yang sudah jelek itu?`
Kepala adik laki-lakinya menjadi sasaran empuk, tepat di akhir pertanyaan diujar.
Bagaimana tidak. Padahal bukannya Illenka tidak berminat untuk melakukan yang sering adiknya pertanyakan; hanya saja, waktunya tidak ada. Belakangan ini, sulung Asil itu punya banyak sekali pekerjaan yang perlu dilakoni—bukan hanya di tempat kerja tapi juga di rumah yang mana ibunya masih butuh `tangan` untuk membantu. Lama-lama, tak habis pikir juga kenapa adiknya bisa sebegini menyebalkan dengan pertanyaan berulang itu. Dulu sih, memang manis, sekarang Illenka bak ingin memberikan mantra untuk mulut sang adik yang sulit untuk tak berkomentar itu.
Di tengah kerumunan, kakak beradik itu mencoba untuk tak bersenggungan dengan pejalan lain. Langkah kaki yang awalnya hendak hanya sebatas mengantar untuk berbelanja keperluan sang adik, tanpa di sadari berakhir tak jauh dari toko tongkat. Ah, lama sekali memang ia tak berkunjung. Terakhir kali Illenka mengingat, ia mengganti tongkatnya di tingkat tiga karena ada bagian yang retak. Sungguh harga yang cukup merogoh kocek itu membuatnya agak berhati-hati di tahun-tahun selanjutnya.
Akhirnya, ia memilih untuk pamit.
Karena sudah sampai di sini, rasanya ada yang kurang jika tidak mampir sekaligus. Toh, memang sudah waktunya. Sulung Asil pun kemudian bergerak mengekori arus pengunjung toko. Sambil menoleh mengamati sekitaran dan berkomentar dalam kepala, gadis itu menunggu gilirannya tiba. Hal pertama yang dia lakukan seusai antrean di depannya bergeser tak lain adalah, senyum lebar.
"Halo, lama tidak bertemu."
Padahal penjual itu belum tentu ingat wajah dan namanya, tapi Asil itu tetap melanjutkan kalimatnya. "Apa bisa menunjukkan kepadaku tongkat baru?" Ya, pada akhirnya tabungannya itu dikeluarkan juga untuk membeli sebuah tongkat, seperti yang adiknya rencanakan. Bisa dibayangkan, ada adik laki-laki yang mengacungkan jempol kepadanya begitu keluar dari toko ini nanti.
Lhj6miKs1-1001-61-61-6
1-100·1-6·1-6·1-6
every day is summertime with you and i swear the magnolias flashed a smile and that's when i caught me hoping you'd stay a while
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 15
DEX 12
CON 14
INT 10
WIS 8
CHA 15
8 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Benedict Etoh on Jan 8, 2022 19:33:45 GMT 7
Hari ini hari penting untuk Vivi. Mungkin Ben yang paling terlihat antusias diantara kedua orang di sampingnya, bahkan lebih antusias daripada sang adik yang berdiri di sampingnya dengan wajah biasa-biasa saja. Hari ini adalah hari dimana Vivi pertama kali membeli peralatan bersekolahnya. Tentu saja hari ini hari besar menurut Ben. Dia sampai bangun pagi, lebih pagi daripada biasanya saking bersemangatnya. Padahal bukan dirinya yang paling berkepentingan. "Beli tongkat dulu atau jubah?" Kuali tentu yang paling terakhir sekalian mereka jalan pulang. Akhirnya tongkatlah yang menjadi pilihan mereka. Lebih cepat lebih baik. Lagipula tongkat termasuk ringan. Tidak akan membebankan ketika mereka nanti melanjutkan perjalanan membeli peralatan lain. Tiga pasang kaki melangkah melewati jalanan Diagon Alley yang sangat ramai, bernavigasi dengan lincah diantara kerumunan orang-orang yang sibuk sampai sebuah toko dengan plang yang sangat terkenal itu terlihat di depan mata. "Dia masih hidup setelah selama ini?" Berbisik ringan sembari nyengir kepada Lucien Luo disampingnya. Vivi disampingnya menggenggam jubah hitamnya dengan penuh antisipasi. "Ayo masuk." Dia membukakan pintu sembari mendorong ringan tubuh mungil adik perempuannya. Membiarkan anak itu melangkah lebih dulu dengan dirinya dan Lucien mengikuti. "Kau masih ingat ketika pertama kali membeli tongkat disini?" Bertanya kepada Luc yang berdiri bersisian dengannya sembari menatap Vivi yang sedang mencoba tongkatnya satu persatu. Ben masih. Ingatan itu, seluruh kejadian itu, perasaan itu, semuanya masih segar diingatan seolah bukan belasan tahun lalu terjadi padanya, seolah itu baru saja terjadi 10 menit yang lalu. rkyS6FH11-1001-61-61-61-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 12
DEX 15
CON 13
INT 15
WIS 8
CHA 11
9 POSTS & 1 LIKE
House:
Slytherin
APPEARANCE
Dark hair, 179cm // he might look calm but once he opens up to someone, he is anything but calm.
|
Post by Forest Cho on Jan 9, 2022 16:51:24 GMT 7
"Habis ini mau beli tongkat baru. Ikut?"
Yang barusan diucapkan lelaki Cho pada temannya, mengingat mereka berdua sama-sama punya keperluan ke sini. Mungkin tidak banyak yang bisa dibeli, tetapi alasannya untuk menyambangi Diagon Alley bisa dibilang amat penting. Coba katakan, penyihir mana yang bisa hidup tanpa tongkat sihir? Kalau kau tanya Joseph Forest Cho, jawabannya 'tentu saja bukan aku.'
Temannya tidak ikut masuk, maka Forest berpisah jalan dengan rekan seperjalanannya di depan Ollivander's. Setelah membuka pintu dengan satu tangan, ia berjalan menuju antrian. Bibirnya menyuarakan gumaman kecil, sebuah melodi yang diingat benaknya begitu saja tanpa alasan di baliknya. Forest tidak terlalu suka dengar musik, tapi otaknya sering berdendang sendiri.
Aneh.
"Mr. Ollivander," Forest membungkuk kecil, matanya berkilat jenaka saat menatap pria itu. Meskipun tidak tersenyum, tapi sudut bibir Forest sedikit berkedut. "Aku partner baru."
Sebut saja begitu.
Hq|Nm0PN1-1001-61-61-61-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 15
DEX 8
CON 14
INT 10
WIS 12
CHA 15
10 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Raquel Charlton on Jan 10, 2022 10:00:26 GMT 7
“Selamat siang, Mister.”
Sebuah sapaan ramah terlontar ketika Raquel memasuki toko tongkat yang terkenal di Diagon Alley. Meski sepuluh tahun berselang tapi bangunan toko itu masih sama seperti pertama kalinya Raquel membeli tongkat sihirnya. Lembab, lapuk, berdebu, dan tua. Sama sekali tidak ada yang berubah. Termasuk seseorang di balik konter.
“Aku perlu tongkat sihir baru.” Katanya tanpa basa-basi. Tongkat sihirnya yang sebelumnya patah saat terakhir kali bertugas di desa kecil Wales. Masih bisa digunakan tapi efeknya lebih lambat dan sering kali tidak tepat sasaran.
Kr6NTrhJ1-1001-61-61-6
1-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 11
CON 14
INT 15
WIS 12
CHA 14
13 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Aurum Rainshrine on Jan 11, 2022 8:26:01 GMT 7
Ollivander.
It's been a while.
Tujuh tahun yang lalu dia adalah seorang bocah pendiam, malu-malu, dan takut untuk berbicara kepada Mr. Ollivander demi mendapatkan tongkat sihir pertamanya. Birch dengan inti rambut Veela. Aurum masih ingat betul perasaan senang yang melekati dirinya berhari-hari setelah ditemukan oleh sang Birch. Bagi anak berusia sebelas tahun ini, tongkat sihir adalah sebuah kesempurnaan sebagai seorang penyihir. Aurum sudah menjadi bagian dari keluarganya.
Kini, di depan toko Ollivander berdiri seorang gadis dewasa dengan tatapan menyala. Aurum masih pendiam, tetapi ia tidak lagi malu-malu ataupun takut. Ollivander barangkali akan menjadi seperti kawan lama baginya. Dia datang untuk tongkat keduanya, yang mungkin akan lebih cocok digunakan untuk melanjutkan ilmu alkeminya di institusi penelitian.
"Selamat pagi, Mr. Ollivander."
Aurum menoreh senyum.
_eR2Wg751-1001-61-61-6 1-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 9
CON 12
INT 14
WIS 13
CHA 16
8 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
179 cm. Black raven hair, unimpressed face, rarely smile
|
Post by Touma Shuudou on Jan 11, 2022 19:20:33 GMT 7
Banyak orang kulit putih.
Touma memasuki Ollivander dengan seorang pelayan dan anak laki-laki yang terlihat sepantaran dengannya. Kakak perempuan tertua sang anak bungsu mengirimkan seekor shikigami yang lebih tampak seperti lembaran kertas bercahaya yang melayang-layang untuk mengawasi sang bungsu dari jauh. Sihir timur seperti ini akan menarik perhatian para penyihir berhidung bangir yang kebanyakan punya rambut seperti jerami dan dedak di matanya.
Jika dia bisa memilih, Touma tidak terlalu ingin mendapatkan tongkat pertamanya di sini tapi dia anak bungsu, dia tak berhak mendapat uliran kayu sakura berinti bulu Tengu yang menempati kasta nyaris sama dengan keberadaan Phoenix di barat. Orang yang tak mengenalnya mengira Touma kecewa ketika sang kepala keluarga memberitahu kalau ia tak akan bisa mendapat warisan tongkat tersebut tapi nyatanya Touma tak merasa apapun. Tepatnya, anak sebelas tahun itu tak menaruh peduli.
Tungkainya ditarik mundur selangkah, membiarkan sang pelayan dengan topi burung bayannya berbicara ke pria tua yang disapanya Ollivander. Apapun yang mereka katakan teredam letupan kencang dari ujung tongkat seorang anak perempuan berwajah gugup. Sebelah alisnya menukik.
"Dia histeris sekali."
Gumamnya pelan ke anak laki-laki lain yang juga ada di rombongannya.
KQ|zdReU1-1001-61-61-61-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 14
DEX 15
CON 14
INT 12
WIS 8
CHA 11
7 POSTS & 0 LIKES
House:
Gryffindor
APPEARANCE
Chestnut hair, honey-brown eyes, monolid, tall, lean yet muscular. Crinkle smiles.
|
Post by Vincent Osborne on Jan 13, 2022 13:46:16 GMT 7
Idealnya, seorang penyihir hanya membutuhkan satu buah tongkat sepanjang hidupnya. Didapat di tahun pertama sekolah, dibeli bersama seragam dan buku-buku pelajaran juga kuali untuk persiapan kelas. Realita sayangnya sering kali berbeda. Tongkat buatan penyihir sekaliber Garrick Ollivander pun memiliki batas pakai. Bagaimanapun tongkat sihir hanya media dari kayu yang rentan patah. Apalagi di bidang pekerjaan yang digeluti Vincent.
Juli, agaknya, bukanlah waktu yang tepat untuk mendatangi tempat ini. Seharusnya ia ingat musim panas ini berarti tahun ajaran baru dan tempat ini akan lebih ramai dari biasanya. Andai saja Vin bisa menunda kebutuhan penggantian tongkat sihir ini. Lagi, pekerjaannya tidak mengizinkan.
"Afternoon, Sire!"
Vincent menyapa dengan suara lantang begitu pintu kayu itu terbuka, memanggil si pemilik toko yang ia duga bergumul di belakang bersama ribuan tongkat yang menumpuk. Senyum ramah menggurat di paras campuran. Mata cokelat dengan kelopak tunggal semakin menyipit, dihiasi ceruk yang selalu terbentuk tiap kali senyumnya merekah dan berganti menjadi cengiran.
Pasalnya, ini bukan kali pertama Vincent harus membeli tongkat pengganti. Tak sampai satu tahun kemarin tongkatnya rusak. Pecah hingga tak bisa lagi diperbaiki. Tidak heran kala Tuan Ollivander menggerutu begitu melihatnya. Tanpa diminta, Vince menceritakan bagaimana tongkatnya kali ini dirusak oleh Hippogriff yang mengamuk di tempatnya bekerja. Dengan mata berbinar ia memperlihatkan bekas cakar, dibubuhi seloroh betapa ia tidak perlu kehilangan tangan berkat geraknya yang cepat. Wajah masam Ollivander sama sekali tidak menghentikan pemuda ini meracau. Vince baru menutup mulut saat sebuah kotak tongkat baru disodorkan di depan hidungnya.
"Apa ini tongkatmu yang paling kuat, Sire?" He needs that. Really.
RiQ3eHVk1-1001-61-61-61-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 15
DEX 13
CON 13
INT 8
WIS 10
CHA 15
7 POSTS & 0 LIKES
House:
Gryffindor
APPEARANCE
Often changing his hair color (using magic), read description for current appearance (if there isn't any, he use his natural hair color: platinum blond). 175cm. Bright brown eyes. Smirks a lot.
|
Post by Louis W. Freust on Jan 13, 2022 15:00:35 GMT 7
Kalau diberitahu bahwa ini kali ketiganya pergi ke Olivander dan membeli tongkat, mungkin kau akan bilang 'nggak kaget sih'.
Tapi ibunya tetap saja kaget, ditambah bermisuh pula mengapa sang anak lelaki kesayangannya seperti ini. Meski, mendengar cerita bagaimana ayahnya mematahkan sapu (—mahal untuk quidditch) untuk menghajar hipogriff nyasar yang menghancurkan kebun peony nenek, harusnya ibunya tidak perlu kaget. It indeed runs in the blood.
Kali ini tongkatnya patah karena ledakan kecelakaan ketika bekerja. Gembok yang dikutuk untuk selalu terkunci ternyata lebih kuat daripada bocah Freust itu, beruntung ia tidak terluka selain terlempar menabrak dinding. Pamannya—sang guru yang sudah memperingatkannya bahwa melakukan hal tersebut berbahaya—hanya bisa geleng geleng kepala, mengambil gembok yang diberikan kepada mereka sebagai donasi tersebut, dan menyegelnya di kotak khusus.
"Hi!" Pemuda itu girang, karena kini ia punya kesempatan untuk mengganti tongkatnya (—setelah meyakinkan ibunya bahwa tongkat yang patah tidak akan sama meski dibetulkan dengan sihir). "Aku mau tongkat yang ... tidak rewel. Yang kuat juga."
Ia menyengir senang, bagai umur sebelas kembali. "Kalau lemah kasihan nanti umurnya tak lama." Lagi.
qVofgkiM1-1001-61-61-6 1-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 12
DEX 15
CON 13
INT 15
WIS 10
CHA 9
3 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Carolyn Walsh on Jan 15, 2022 1:30:10 GMT 7
Seharusnya Carolyn mengunjungi Ollivander sedari awal rombongan kecilnya tiba di Diagon Alley. Ibu bilang, sebaiknya kita dahulukan dulu keperluan Meg. Tahun ini Meg menempuh tingkat empat, setelah tiga tahun berturut-turut membawa pulang nilai gemilang, dan bagi Carol, Meg semestinya bisa menelusuri Diagon Alley sendiri tanpa perlu bawa-bawa dirinya dan ibu mereka. Meg menolak dengan alasan klise: aku butuh pertimbangan orang lain untuk beli barang-barangku. Blergh.
Carolyn, di lain sisi, sebetulnya tak begitu ambil pusing kapan ibunya kelak akan meluangkan waktu untuknya. Ia lebih senang kalau Ibu memberi sekantung uang dan Carol bisa melipir bebas ke mana saja. Mereka masih di toko pena bulu yang sama dengan satu jam lalu ketika Carol berujar kalem, "Ibu, setengah jam lagi Ollivander tutup."
Apa?
"Iya. Besok, kan, kita nggak ke Diagon Alley lagi."
Mrs. Walsh menarik tangan anak keduanya ke Ollivander. Gegas langkahnya berkali menginjak kaki-kaki orang lain dan ia tak peduli. Ia membuka pintu masuk dan mendapati Mr. Ollivander masih bertugas. Carolyn tertawa pendek, "Akhirnya," ujarnya seraya menunggu Mr. Ollivander memilihkan tongkat, "akhirnya aku dapat waktuku sendiri."
73biRkEl1-1001-61-61-6
1-100·1-6·1-6·1-6
|
|
Murid Hogwarts
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 14
CON 10
INT 15
WIS 12
CHA 13
2 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Marcus Grant on Jan 7, 2023 17:50:10 GMT 7
Dari daftar kosong kegiatan yang dimiliki sepanjang musim panas, hari ini ia terpaksa harus menambahkan satu; membeli tongkat sihir baru. Malas. Ia hanya ingin berada di kasur seperti hari-hari lainnya. Dan sebelum hal merepotkan selanjutnya akan ia lakukan di Hogwarts. Yep, perkara lencana mengilap dengan huruf P besar yang tiba beberapa hari lalu. Detik itu juga si remaja lelaki telah membayangkan bagaimana kehidupannya nanti.
Namun, bukan Marcus Grant kalau tidak pandai memutar otak liciknya, memikirkan seratus juta alibi yang dapat digunakan untuk mencuri waktu bermalas-malasan. Atau melempar bola tugas dan tanggung jawab pada rekan Prefek lain. Brilian, bukan? Rencananya harus sempurna. Tidak boleh tidak.
Raga kurus remaja lelaki itu kini telah memasuki tempat yang dituju. Terlihat di balik konter, seorang kakek tua barmarga Ollivander. Perawakannya sama persis seperti lima tahun lalu.
"Selamat sore, Sir. Aku ingin mengambil tongkat baruku. Yang terbaik." Senyuman timpang Marcus tertarik. Klise.
MsTslNY21-1001-61-61-61-100·1-6·1-6·1-6
|
|