Administrator
USER IS OFFLINE
Years Old
Sorcery Points:
Hit Points: | Atk Dice:
146 POSTS & 0 LIKES
|
Post by Narrator on Jan 8, 2022 16:10:50 GMT 7
Rasanya seperti baru kemarin barnya ramai karena para penyihir dari seluruh penjuru London datang ke barnya, bersama-sama mendengarkan radio yang meliput pertandingan final Piala Dunia Quidditch. Setelah puluhan tahun, Tom kira ia sudah tahu bahwa hanya ada dua hal yang membuat bar kecilnya ramai sampai penuh sesak. Yang pertama, musim panas menjelang awal tahun ajaran Hogwarts; di sini jadi ramai anak-anak dan orang tua mereka yang menyeret kuali berisi buku-buku. Yang kedua, karena quidditch. Hari ini kedua alasan itu terjadi di waktu berbarengan. "Selamat siang," suara serak sehabis menyapa sekian tamu hari ini, " menu ada di dinding." Saat ini musim panas menjelang awal tahu, dan hari ini juga perusahaan yang belakangan sering disebut namanya di Daily Prophet, Nimbus, meluncurkan produk pertama mereka. Sapu terbang yang katanya bisa berputar tiga ratus enam puluh derajat di udara. Tom sendiri belum melihat seperti apa bentuknya (ya paling-paling seperti sapu biasa, maaf ia sudah lama tidak mengikuti Quidditch), tapi ia sudah mendengar percakapan bersemangat dari mereka yang sudah mengintip sapu itu di etalase Quidditch Supplies. Saking ramainya hari ini, ia meminta keponakannya yang sedang liburan musim panas, Sally, untuk membantu mengurus bar. Ditambah dengan dua peri rumah yang sudah bekerja di Leaky Cauldron selama satu dekade; tenaga empat mahluk harus cukup untuk melayani semua pesanan, menyiapkan kamar-kamar di lantai atas, belum lagi menangani komplain penyihir-penyihir wanita yang selalu merasa ada yang salah dengan makanannya, bantalnya, kursinya... "Ah, ya, empat butterbeer dan satu gillywater," ujarnya sambil tergopoh-gopoh memunculkan gelas kaca dari udara, "tunggu sebentar." Open. Silahkan gerakan Sally dan dua peri rumah jika diperlukan.
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 8
DEX 14
CON 11
INT 15
WIS 14
CHA 12
12 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Brown hair, hazel eyes, balance height and weight.
|
Post by Nikolai Pushkin on Jan 8, 2022 18:27:11 GMT 7
Berita tentang Nimbus telah masuk ke dalam telinga sang pemuda. Sejak selesai berjaga malam di St. Mungo tadi pagi, mendengarnya pertama kali dari seorang pasien anak kecil yang merupakan penggemar Quidditch. Euforia ia temukan juga di lorong rumah sakit, kantin, dan bahkan rekan sesama Healer di ruang kerja. Ia tak memungkiri benaknya jadi memutar memori menyenangkan ketika bermain olahraga sapu terbang itu dulu.
Sebagai pemain asramanya semasa bersekolah di Hogwarts, keinginan membeli dan mencoba sapu keluaran terbaru itu tentulah ada. Namun, ia berakhir hanya melewati etalase depan Quidditch Supplies. Pertimbangannya, ia tak yakin mampu meluangkan waktu lagi untuk Quidditch. Mengingat kesibukan di tahun ketiga menjalani profesi. Terkadang ia membayar kerinduan dengan mendengarkan siaran radio atau membaca berita di Daily Prophet di sela istirahat.
Sekarang ia mendatangi Leaky Cauldron pun sebenarnya karena pekerjaan. Ia baru saja memeriksa pasien rawat jalan dekat sini. Mumpung ada waktu untuk merilekskan punggung dan menyisip teh barang sebentar kenapa tidak sekalian mampir, pikirnya.
Sebuah cangkir teh diletakkan oleh peri rumah di atas meja di hadapan. Perawakan si peri rumah mirip dengan Wolley, peri rumahnya. Mengangguk pelan tanda berterima kasih, Pushkin muda itu mengangkat cangkir. Wangi bunga, yang menguar dari kepulan tipis yang terlihat.
"Tea and Nimbus-thing—I called it a day."
Lalu, ia menyisip perlahan isi cangkir.
Open interaksi, silakan jika ingin satu meja
Rainy days don't seem so wet Stormy nights don't stay From the moment that we met, you were worth the wait Oh, this could be the best thing that I'll ever know [The Best Thing - Paper Planes]
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 12
CON 8
INT 16
WIS 14
CHA 14
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Ravenclaw
APPEARANCE
H: 190 cm, W: 68 kg. Dark brown hair, green eyes, and light brown skin tone.
|
Post by Mateo Diaz on Jan 8, 2022 20:01:50 GMT 7
Menjadi dewasa memanglah sulit. Di saat dirinya ingin menghibur diri ketika pekerjaannya sedang libur, tak ada satu pun rekan kerja yang bisa diajak nongkrong di Leaky Cauldron. Tidaklah aneh sebenarnya, beberapa di antara mereka sedang bekerja sesuai shift yang mereka dapat, beberapa yang lain memilih untuk beristirahat di rumah atau berlibur bersama keluarga. Menjadi seorang healer memang sulit mendapat jadwal libur yang pasti, mengakibatkan beberapa orang pasti tak mau membuang-buang waktu dengan hal percuma seperti yang Mateo Diaz lakukan saat ini. Mateo pun hanya kebetulan ingin saja hari ini. Biasanya ia akan mengunjungi rumah kedua orang tuanya di London. Di saat langkah kakinya menginjak lantai kayu dingin Leaky Cauldron, matanya mulai tertuju ke sosok yang sangat familiar. Sosok itu sedang duduk bagai seorang jomblowan yang menikmati segelas teh dengan elegan di tengah bar yang penuh orang bertingkah ribut dan sedikit barbar. Mateo pun bergegas memilih kursi kosong yang ada di sebelah pemuda itu, alih-alih mencari kursi kosong lain. Daripada mencari tempat kosong yang kemungkinan besar akan diisi oleh pemabuk berat, lebih baik ia duduk di orang yang ia kenali. "Oi, Nikolai," sahutnya kepada pemuda yang bernama seperti orang Uni Soviet (atau memang pemuda itu berasal dari negara komunis itu? Mateo tidak pernah ambil pusing). "Baru pulang kerja?" Matanya melirik ke arah teh yang baru pemuda itu teguk. "Hanya teh? Tidak mau mabuk sedikit?" Minum minuman beralkohol memang suatu yang tak sepantasnya dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan, tapi menikmati hal yang dapat membuat manusia merasakan nikmat surgawi tidak ada salahnya. Everything is good, but in moderation, you know? Nikolai Pushkin. Anggap sudah kenal karena sesama healer, tetapi bebas mau menganggap Mateo sebagai teman akrab atau bukan. Mateo memang orang yang suka sok kenal terkadang
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 10
DEX 8
CON 15
INT 13
WIS 16
CHA 12
23 POSTS & 0 LIKES
House:
Hufflepuff
APPEARANCE
Wood-toned hair, hickory-brown eyes, slender, look a little bit clumsy but properly dressed.
|
Post by Sean Spade on Jan 8, 2022 21:52:54 GMT 7
Meskipun Sean adalah seorang seer apprentice, bukan berarti ia akan mengawali hari-harinya dengan membaca tasseografi sebelum beranjak pergi. Meskipun kedua orang tuanya yang mulai menua terus-menerus menyarankan Sean untuk melakukan ramalan daun teh sebelum keluar rumah. Sangat protektif, sungguh.
Hari ini adalah salah satu hari di musim panas tahun 1967. Pemuda dua puluh tahun ini tampak terlihat lebih tua dari para pemuda seusianya; terima kasih untuk dua tahun masa pengasingannya di Swiss untuk mendalami salah satu cabang ilmu ramalah bersama rekan ayahnya di sana. Tidak ada keramaian, tidak ada banyak manusia, tidak ada butterbeer, tidak ada satupun! Jadi, ketika ia menginjakkan kaki kembali ke Leaky Cauldron untuk sarapan, semua keramaian ini membuatnya senang sekaligus agak tidak nyaman.
Tenang, tenang.
Semua ini butuh adaptasi, Sean.
Tidak banyak kursi kosong hari itu. Kedua matanya menyusuri ruangan, berharap ada satu meja dengan empat kursi kosong yang bisa ia kuasai sepenuhnya (yang tentu saja tidak ada). Tak lama, ia menemukan sesosok manusia yang cukup familiar. Segera saja Sean berjalan menerobos kerumunan. Anak-anak (barangkali para calon murid Hogwarts), para pria berjubah hitam, para wanita sosialita dengan gincu merah merona, dan beragam entitas lain mewarnai keramaian Leaky Cauldron membuat perjalanan menuju meja salah seorang seniornya di Hufflepuff dulu terasa jauh dan memakan banyak energi. Di dekatnya, sudah ada seorang pemuda lain yang tidak dikenali oleh Sean. Mungkin temannya.
"Tea and Nimbus-thing—I called it a day."
"Hanya teh? Tidak mau mabuk sedikit?"
"Good morning, mind if I join you guys?"
Belum selesai Sean memberi nada pada kalimat pertanyaan kepada Nikolai Pushkin dan temannya, tiba-tiba ada suara teriakan yang sangat kencang dari meja pojok ruangan. Teriakan mereka mampu mengalahkan keriuhan Leaky Cauldron. Sean berpaling, rupanya ada sekelompok pria berjanggut panjang dengan jubah yang berwarna seragam sedang... bereuforia (?) sambil mengangkat wiski api mereka. Sean hanya mengernyitkan dahi seraya menarik kursi dan duduk bersama dua pemuda rekannya.
"Sean Spade," ujarnya kasual memperkenalkan diri kepada kedua pemuda di depannya. "Satu tingkat di bawahmu, Mr Pushkin," barangkali Nikolai Pushkin lupa.
Mudah melupakan Sean Spade, ia hanya murid biasa karena tidak banyak prestasi cemerlang saat ia studi. Paling-paling hanya nilai Outstanding pada mata pelajaran ramalan dan arithmancy. Tidak ada yang lain.
Join ya. Izin mendeskripsikan random event. CMIIW.
The truth is somewhere beyond the veil.
Sean Spade was born in 1947, attending Hogwarts in 1958 and was sorted into the house of Hufflepuff. After completing the study, he continued to deepen his knowledge of divination, specifically in the art of tea-cup reading. [484d52] (Note: Open for any plots via messages or twitter @thespade_rpf!)
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
PM saja untuk ajakan main
STR 14
DEX 14
CON 12
INT 10
WIS 8
CHA 16
12 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
petite: 158 cm | jet black hair | silver & misty eyes
|
Post by Matilda Murdoch on Jan 9, 2022 16:30:58 GMT 7
The Murdoch Brothers Curse Breaker, Knockturn Alley “Pamaaaaaan Darkeeest~” Girang sekali gadis itu mendengar gemerincing lonceng dari pintu toko sekaligus tempat tinggal mereka. Hww, hw. Matilda meloncat, lebih tepatnya menerjang pria itu dari arah tangga yang menyambungkan bagian depan rumah mereka dengan area tempat tinggal, kuat-kuat. Menjatuhkan dirinya ke pelukan pria itu dengan penuh kerinduan tak terucapkan. Gadis itu memeluk tubuh besar pamannya kencang-kencang, nyaris mencekiknya sampai mati. Kedua tangannya melingkar di leher dan bahu, kakinya mengunci pinggang. Saat ia menjauhkan kepalanya untuk melihat wajah pamannya, sepasang mata peraknya membelalak terkejut— “Uh. Oh.” Awkward. This is awkward. “You are not Darkest Murdoch.” Ia melepaskan diri dari pria itu. Kedua kakinya menjejak lantai dengan gerakan ringan. Keterkejutan di matanya berubah menjadi segaris tipis rasa curiga yang menyipit dengan apik. “Who are you?” *** Jalanan ramai, terutama ketika mereka sudah meninggalkan area Knockturn Alley dan memasuki Diagon Alley. Suasana musim panas yang khas menguar di udara dalam bentuk kerumunan yang berisi keluarga, toko-toko yang memajang diskon, seorang anak menangis karena terpisah dari orang tuanya, kucing dan burung hantu yang kabur, toko-toko es krim dan permen yang penuh. Matilda yang diikuti oleh pria asing yang tidak dikenalnya baru saja berhasil membebaskan diri dari kerumunan toko sapu yang memajang display sapu paling mutakhir yang saat ini menjadi atensi semua orang terutama mereka-mereka yang menggilai Quidditch— Dirogoh-rogohnya kantung jubahnya: kanan lalu kiri. Kedua-duanya kosong. Bibirnya mengerucut kesal. Ia mendelik pada pria yang tadinya ia pikir adalah pamannya. Matilda sudah diambang kemiskinan. Ayah dan paman-pamannya lupa meninggalkan uang saku yang cukup untuknya sebelum mereka mengambil misi yang bisa berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Jangan-jangan saat mereka pulang ia sudah meninggal karena kelaparan. Membayangkannya membuat Matilda ingin menjerit. “Selamat pagi senioooor…” Disapanya tiga wajah yang pernah sekali dua kali dilihatnya di Hogwarts. “Apa yang kalian lakukan di sini?” Untuk ukuran seorang Slytherin, Matilda bertanya dengan ramah. Ia sudah menggeret kursi dan mempersilahkan dirinya duduk di antara mereka. Siapa tahu orang-orang ini bisa ia manfaatkan untuk mendapatkan sarapan atau uang. Iya kan?
open untuk siapapun yang mau masuk sebagai orang yang dikira Matilda adalah Darkest Murdoch, boleh deskripsi sekreatif mungkin nanti saya sesuaikan, terima kasih
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 15
DEX 13
CON 13
INT 10
WIS 8
CHA 15
7 POSTS & 0 LIKES
House:
Slytherin
APPEARANCE
5'7" (174cm) / platinum hair / emerald eyes / scent: bourbon vanilla
|
Post by Foureka Kirsteen on Jan 10, 2022 3:50:49 GMT 7
Duty di Diagon Alley pada hari yang panas di bulan Agustus? Samasekali bukan rencana yang ideal baginya untuk mengejar pundi-pundi galleon. Namun sebagai anggota paling junior di skuadnya, Fourteen tidak punya banyak pilihan. Beberapa kecelakaan besar yang melibatkan keterkaitan Muggle dan penyihir belakangan ini sudah menyita atensi Departemen Penegak Sihir. Lagipula setelah menghabiskan beberapa hari di Yorkshire, mendapat tugas patroli mengawasi keramaian menjelang tahun ajaran baru jadi terasa hampir seperti liburan. Err yah, hampir. Note positifnya, ia jadi bisa mampir ke Quidditch Supplies pagi-pagi sekali sebelum kerumunan bocah mengerubuti jendela etalase dan antrian para penggemar antusias membeli luncuran sapu perdana dari brand baru—Nimbus. Beritanya sudah muncul dimana-mana mengklaim bahwa kecepatan, kemutakhirannya dalam kontrol dan melakukan manuver di udara adalah yang terbaik. Setelah menjadi fanatik Comet selama tahun-tahunnya menjadi tim Quidditch Slytherin, hari ini ia resmi berpindah haluan. Nimbus 1000 yang mengundang "Aahh—" dan "Oohhh—" sepanjang jalan kini terpasung di pundaknya ketika melewati pintu Leaky Cauldron. Aroma familiar menyergap penciuman. Bunyi lonceng segera dibungkam oleh riuh keramaian beragam kalangan yang memenuhi meja dan bangku. Nostalgia sekali. Seruan yang lebih mirip gemuruh dari meja di sudut ruangan mengalihkan perhatian manik emerald—dan hampir seluruh pemilik pasang mata di ruangan bar itu, jujur saja, karena begitu membahananya. Dari jubah seragam dan penampilan antik mereka, bisa ditebak tidak jauh-jauh dari hooligan Puddlemore United. Fourteen menjetikkan tongkat untuk mengurangi volume tawa dan meneleng kepala pada si kelompok kakek berjanggut yang melempar pandangan protes. " Easy, gentlemen." Ia mengetuk lencana penegak hukum yang tersemat di jubah. Bagaimana lagi, memang ia masih dalam jam kerja walaupun sedang berniat istirahat. " Lemonade, tolong kurangi peledaknya." Menyungging senyum pada gadis muda di balik counter. Pekerja paruh waktu musim panas, nampaknya. Foureka berbalik dan menemukan beberapa wajah familiar. Junior seasramanya dan oh— Nikolai Pushkin Seringai cerah terbentuk di wajahnya. " Nice surprise, Pushkin. Fancy seeing you here." Ia menarik kursi di sebelah Matilda Murdoch kemudian, menyesap limunnya dan meletakkan gelasnya kembali ke meja sebelum menoleh. "Murdoch, kembali ke sekolah?" Jeda sejenak. "Oh tunggu. Apa kau sudah lulus tahun ini?"
|
|
Wizards
IS OFFLINE
Years Old
STR 13
DEX 14
CON 14
INT 10
WIS 8
CHA 15
4 POSTS & 0 LIKES
House:
Durmstrang
APPEARANCE
Black-messy hair, silver eyes, chiseled jawline.
|
Post by Mikkel Murdoch on Jan 28, 2022 11:09:40 GMT 7
"Don't do anything stupid here, Young Man."Ia mengernyit, Darkest Murdoch—ayahnya—hanya melirik sekilas sambil berjalanan beriringan dengannya. Di tangan pria itu tergulung Daily Prophet terbitan pagi ini. Buku-buku jemari pria itu, begitu Mikkel perhatikan, memutih. Barangkali ada berita yang kurang mengena di hati Darkest. "Well...," Mikkel berhenti. Suasana hati pria di sebelahnya sedang kurang baik. Ia tak mau mempertaruhkan kepalanya terlepas dari tubuh untuk melontarkan lelucon seperti, ' Memangnya ada yang lebih bodoh daripada jadi ayahku?' yang sebetulnya lebih ia tujukan untuk diri sendiri. "Masuklah ke toko, aku ada urusan dengan Tuan Burkes."
Kemudian Darkest berbelok ke tikungan. Ia cuma menggelengkan kepala beberapa kali sembari berjalan ke arah toko dengan papan nama The Murdoch Brothers Curse Breaker di salah satu gang Knockturn Alley yang basah dan lembab. Seekor peri rumah di luar toko menatapnya sengit saat ia hendak membuka pintu. Lonceng pintu bergemerincing begitu ia melangkah ke dalam. “Pamaaaaaan Darkeeest~”
Mikkel tak menyangka ternyata Darkest memasang jampi-jampi untuk membunuhnya di dalam toko. Ada makhluk yang mencekiknya kuat-kuat sampai ia kehabisan napas. Tubuhnya serasa dibebani sesuatu yang berat dan justru semakin memburuk ketika ia berusaha meronta. Barangkali Mikkel sudah mati sehingga bisa melihat matanya sendiri—iris keperakan yang berkabut itu. “You are not Darkest Murdoch.”
Belum sempat mengeluarkan tongkat karena paru-parunya berontak segera setelah beban berat itu terlepas dari tubuhnya, ia tersengal dan terbatuk. “Who are you?”
"WHAT ARE YOU?!" Kakinya melangkah mundur dan memperhatikan seorang gadis bertubuh kecil, bukannya Ghoul atau sebangsanya, yang barusan hampir membunuhnya. "What did you eat during breakfast?" tangannya masih meraba-raba leher sendiri, memeriksa apakah ada tulang yang patah di sana, "Mikkel, anyway. Mikkel Murdoch." --- Gadis itu menghilang secepat kedatangannya. Mikkel hanya sempat bertemu sekilas sebelum bunyi gemerincing pintu toko berbunyi disertai langkah-langkah lincah yang masih membuatnya syok. Ketika memeriksa barang-barangnya sudah tersusun lengkap di dalam salah satu ruangan sempit yang akan menjadi tempat tidurnya, Mikkel memutuskan untuk keluar dari toko, ke arah gadis itu pergi. Darkest belum kembali. Kepala Mikkel menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan ayahnya tak memergoki. Langkahnya berhenti di depan salah satu bar yang terlihat ramai. Dari balik jendela terlihat rombongan penggila Quidditch—terlihat dari kemeriahan jersey yang mereka pakai—mengadakan pesta. Itu dia. Ia melihat Mathilda Murdoch duduk dikelilingi beberapa penyihir lain. Sepertinya memesan segelas bir di pagi hari bukanlah dosa. Namun ia tak memiliki sekeping pun uang di kantong jubah dan di situ masalahnya. Sebagian besar berinteraksi dengan Mathilda Murdoch. Masih di depan Leaky Cauldron. Op-in.
|
|